Minggu, 08 Maret 2020

PUNCAK MUHASABAH TIDAK KALAH EKSOTIS DIBANDINGKAN TURKI dan PETRA JORDAN


PBL- Kedua

Perhimpunan Boru Lubis (PBL) “Mulak tu Huta” melanjutkan perjalanan ke Panyabungan tanpa Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi dan Ibu Nawal Lubis yang telah kembali ke Medan via bandara Aek Godang.  PBL lanjut memenuhi jamuan makan malam di Rumah Dinas Bupati Madina, Panyabungan.  

Bagaimana ceritanya koq bisa sampai membahas seputar batu cadas di Puncak Muhasabah tidak kalah ‘eksotis’ dibandingkan Turki dan Petra Jordan? Yok ikuti kisah perjalanan PBL ke Puncak Muhasabah, Madina.

PBL di Puncak Muhasabah



Makan Malam di Rumah Dinas Bupati Madina
Keberadaan Bpk. Ivan Iskandar Batubara selaku Ketua Umum Kadin Sumatera Utara (suami dari Revita Lubis, Wakil Ketua PBL) membawa keberuntungan bagi PBL sehingga kami bisa ikut serta dalam acara jamuan makan malam Bpk. Dahlan Hasan Nasution, Bupati Mandailing Natal (Madina).

PBL makan malam di Rumah Bupati Madina

Ketika berlangsung acara makan malam, Bupati Madina menyampaikan kata sambutan dan sekaligus mengundang Revi dan PBL untuk menjelajah Puncak Muhasabah, Bpk. Ivan tidak ikut karena keesokan harinya pulang ke Medan. 

Menurut Bpk. Dahlan Nasution, kami harus mengunjungi Puncak Muhasabah kalau sudah sampai di Panyabungan agar bisa bercerita kepada anak-anak kita betapa indahnya alam Madina bagai diTurki.




Selesai acara makan malam, PBL bakodak bersama Bupati Madina yang baik hati. Aku dan teman-teman PBL bahagia membayangkan besok akan menjelajah Puncak Muhasabah yang belum pernah kami kunjungi karena merupakan destinasi wisata yang baru di Madina.

PBL bersama Bupati Madina


Puncak Muhasabah, Madina
Puncak Muhasabah adalah adalah hamparan bebatuan indah yang disusun sedemikian rupa atas ide luar biasa Bpk. Dahlan Nasution. Berada di ketinggian 700 mdpl dan dari bebatuan ini kita dapat menikmati pemandangan Kota Panyabungan.  Gunung Sorik Marapi terlihat dari arah tenggara, menjulang seolah memiliki sayap melandai ke arah kawasan Roburan, Panyabungan Selatan di sisi barat dan sayap kiri melandai ke arah kawasan Tambangan di sisi timur (mandailingonline.com).

Puncak Muhasabah


Transportasi PBL ke Puncak Muhasabah
Pukul 8.00 WIB kami dijemput dari Hotel Rindang tempat kami menginap dengan mobil pick-up double cabin yang sudah disiapkan oleh Bupati Madina sebanyak 6 unit mobil dan masing-masing 4 orang di dalamnya termasuk pengemudi. Kami melewati jalanan tanah bebatuan yang menanjak, bergoyang-goyang sepanjang jalan. Keren lah pokoknya PBL pakai mobil off road.



Jalan bebatuan

Jarak Tempuh ke Puncak Muhasabah
Meskipun jalan menanjak dan bebatuan menuju Puncak Muhasabah, tetapi pemandangan kiri dan kanan jalan teduh terlindung tanaman karet, makin dekat ke tujuan terdapat pohon-pohon hutan. Alhamdulillah sekitar 20 menit kami sudah tiba Puncak Muhasabah.

Pohon-pohon di kiri dan kanan jalan


Pemandangan di Puncak Muhasabah
Masya Allah kagum aku melihat hamparan batu cadas yang tersusun rapi dengan berbagai bentuknya yang unik. Fakta membuktikan betul Puncak Muhasabah tidak kalah ‘eksotis’ dibandingkan Turki dan Petra Jordan dengan latar belakang gunung menghijau ditutupi pepohonan sejauh mata memandang. 

Masya Allah 'eksotis' Puncak Muhasabah




Revi mengajak semua PBL untuk foto bersama di angle pilihan anggota Bupati Madina yang biasa membawa tamu ke tempat wisata ini.


Kebersamaan PBL di Puncak Muhasabah



Batu Bentuk Pelaminan
Usai foto bersama, aku bakodak di batu bentuk pelaminan dan adikku Rina heboh mengajak lagi bakodak di batu sebelahnya. Menurut Pak Khasmir Kadis Lingkungan Hidup yang membawa kami, batu cadas yang tersusun rapi di Puncak Muhasabah adalah batu asli tanpa dipahat, hanya disusun atas ide luar biasa Bpk. Dahlan Nasution sehingga masing-masing mempunyai makna dan cerita tersendiri.

Gayaku di batu bentuk pelaminan

Aku  n adikku Elly n Rina yang heboh

Batu Bentuk Meja Rapat
Ada lagi yang menarik perhatian ketika Kabag Humas Madina lagi berbincang-bincang dengan Revi, Elly, Rina dan Chairani seolah-olah sedang rapat duduk di atas batu yang disusun seperti bangku-bangku dan meja rapat.

Batu Bentuk Meja Rapat


Batu Terowongan
Begitu melihat PBL bergantian bakodak di batu berbentuk terowongan menjulang  dan terlihat pemandangan dari celah batu, aku juga tak mau ketinggalan dan bergaya. Ketika ku-posting fotoku di Instragram tanpa mencantumkan tempat, kawanku Lisa yang sering jalan-jalan ke Luar Negeri bertanya: “Di mana ini kak?”

Aku di Batu Terowongan


Kebetulan diantara kami ada tiga keluarga PBL yang kakak beradik, momen bahagia ini kami wujudkan di atas batu yang cocok untuk pose borlub.

Tiga keluarga borlub


Aneka Bentuk Batu Unik
Coba bayangkan betapa euphoria PBL bakodak di berbagai bentuk batu unik yang tak dapat kujelaskan satu persatu. Pokoknya masing-masing sibuk mencari angle yang pas sesuai selera. Aku dan adikku Rina dan Elly juga bakodak berkali-kali, kayaknya hampir semua bentuk batu mempunyai magnet.

Aku, Rina n Elly bakodak berkali-kali


Hampir semua batu mempunyai magnet

Sambil berjalan berkeliling di bebatuan, aku merekam video yang biasanya ‘portrait’ tapi sangkin hebohnya berbalik-balik menjadi ‘landscape’. Begitupun jadilah sebagai ‘barbuk' momen yang indah dan sudah ku-share di youtube (youtube faridayuliani.fy Puncak Muhasabah, Panyabungan, w/Perhimpunan Boru Lubis, 23.2.2020).



Gunung Sorik Marapi dan Huta Bargot
Cuaca pagi yang cerah menambah indahnya hamparan hijau gunung Sorik Marapi dengan gugusan awan putih di atasnya dan Huta Bargot tempat tambang emas, membuat ‘eksotis’ Puncak Muhasabah di bumi Madina. Menurut Bpk. Dahlan Nasution, sebaiknya memang pagi hari berkunjung ke Puncak Muhasabah karena kalau siang, terik matahari. Namun demikian kalau anak muda lebih suka sore hari sampai menjelang kelihatan sunset di ufuk barat.

Gugusan awan putih di atas Sorik Marapi



Aku, Rina dan Elly bakodak bersama Revi, juga Ros dengan latar belakang Huta Bargot agar ada ‘barbuk’ ya.

Kami n view  Huta Bargot





Jalan Menuruni Puncak Muhasabah
Rasanya ingin berlama-lama menikmati ciptaan Ilahi di bumi Madina ini, tetapi berhubung masih akan melanjutkan perjalanan, Revi memanggil PBL untuk bersiap-siap meninggalkan Puncak Muhasabah. 

Ketika mobil menuruni jalanan, kami melihat di sepanjang pinggir jalan mulai dari puncak sampai ke bawah berjejer susunan batu cadas aneka bentuk dan menurut Pak Khasmir memang sengaja diletakkan sesuai ide Bupati Madina.

Aneka bentuk batu di pinggir jalan

Di tengah perjalanan, dari kejauhan aku melihat ada danau dan menurut Bpk. Khasmir itu adalah Danau Si Ombun namanya. Masya Allah ternyata banyak juga objek wisata di Madina yang belum kukunjungi.

Danau Si Ombun dari kejahuan

Begitulah kisah perjalanan Perhimpunan Boru Lubis (PBL) ke Puncak Muhasabah yang terbukti tidak kalah ‘eksotis’ dibandingkan Turki dan Petra Jordan. Bagi para sanak saudara dan teman-teman yang penasaran ingin melihat langsung kenyataannya, silakan berkunjung dan menikmati Puncak Muhasabah di bumi Madina, Panyabungan.

Khusus generasi muda, aku yakin banyak yang bisa mereka wujudkan apabila berkunjung Puncak Muhasabah. Hal ini sejalan dengan salah satu quote: “Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta Indonesia” (Najwa Shihab).




Ingin tahu perjalanan Perhimpunan Boru Lubis selanjutnya? Menyusul akan kuceritakan pada PBL-Ketiga.

3 komentar:

  1. Alhamdulillah bisa berkunjung ke Puncak Muhasabah bersama Perhimpunan Boru Lubis

    BalasHapus
  2. In Syaa Allah dpt ke sini bersama keluarga besar Lubis

    BalasHapus
  3. Aamiin
    Bersama keluarga besar Lubis nanti kita pergi ya

    BalasHapus