Jumat, 27 Maret 2020

UJIAN DAN NIKMAT DI MESIR NEGERI PIRAMIDA


Kita manusia sebagai mahluk yang paling mulia di muka bumi, sekaligus hamba Allah yang dhoif, tidak luput dari ujian dan cobaan dalam hidup.  Ada kalanya berupa kelapangan dan kenikmatan, namun terkadang juga berupa sehat maupun kondisi sakit, bisa berupa kekayaan maupun kemiskinan.

Demikian juga yang terjadi pada mama ditimpa penyakit ketika kami berada di Mesir dalam rangkaian ibadah umrah plus tour ke Jordan, Mesir dan Masjid Al-Aqsha. Aku berbaik sangka pada Allah bahwa ini merupakan ujian. Ingin tahu kenapa aku mengatakan ujian ketika menjelajah Mesir?

Yok guys ikuti kisah perjalanan kami selama 3 hari di Mesir, sebagai lanjutan kisahku sebelumnya di Jordan (Blogger Farida Yuliani Lubis, Jordan Membangkitkan Ingatanku di Usia Paruh Baya).



Queen Alia International Airport (QAIA), Amman
QAIA, Amman merupakan airport transit keberangkatan kami menuju Cairo, Jeddah dan Masjid Al-Aqsha dengan pesawat Royal Jordan. Sambil menunggu keberangkatan ke Cairo, kami rehat sejenak di QAIA, Amman.

Kami rehat sejenak di QAIA, Amman

Nina, mama n besannya

Mesir (Eqypt)
Mesir adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut, digolongkan sebagai negara maju di Afrika dan Cairo merupakan ibukotanya. Mesir negara pertama di dunia yang mengakui Kedaulatan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Mayoritas penduduk negara Mesir menganut agama Islam sementara sisanya menganut agama Kristen Koptik. Peradaban Islam di Mesir sudah berjalan lebih dari 14 abad lamanya. Nama julukan negara Mesir adalah Negeri Piramida, Negeri Seribu Menara, Negeri para Ulama, dan Ummu Dunya  atau ibunya dunia (wikipedia.org).

Mesir (Eqypt)
(foto wikipedia.org)


Cairo International Airport
Pesawat dari Amman menuju Cairo ditempuh sekitar 1 jam 30 menit. Tiba di Cairo International Airport, penyakit hipertensi (darah tinggi) mama yang kambuh sejak di Kuala Lumpur bertambah parah karena mama tidak bisa jalan lagi sehingga harus memakai kursi roda. Dari airport kami naik bus pariwisata menuju hotel. Ya Allah ujian dimulai.

Cairo International Airport
(foto alamy.com)

Hotel Sofitel, Cairo
Hotel yang nyaman ini letaknya strategis untuk menikmati Sungai Nil. Dalam perjalanan menuju hotel, kami singgah di salah satu toko untuk membeli kursi roda mama sesuai saran dari Bpk. Marzuki ketua rombongan dari PT. Gelora Indah Lestari Tours & Travel guna mempermudah perjalanan kami selanjutnya. 

Mama tetap semangat meskipun harus memakai kursi roda, ketika turun dari bus kami bergaya di bawah plank nama Hotel Sofitel, juga latar belakang yang kelihatan pohon kurma yang tumbuh di seberang hotel.

Mama tetap semangat


Pohon kurma di seberang Hotel Sofitel


Sungai Nil
Sungai Nil mengalir sepanjang 6.650 km dan merupakan sungai yang terpanjang di dunia, melewati negara-negara: Ethiopia, Zaire, Kenya, Uganda, Tanzania, Rwanda, Burundi, Sudan Selatan dan tentu saja Mesir. 

Sungai Nil identik dengan Mesir yang mempunyai peranan sangat penting dalam peradaban, kehidupan dan sejarah bangsa Mesir sejak ribuan tahun yang lalu. 

Sebagai hasil sedimentasi di sepanjang daerah aliran sungainya menghasilkan tanah yang sangat subur sehingga penduduk Mesir mengembangkan pertanian dan peradaban sejak ribuan tahun yang lalu (wikipedia.org).


Sungai Nil
(foto phinemo.com)

Setelah check-in hotel, Pak Marzuki memanggil dokter untuk memeriksa kesehatan mama. Sambil menunggu dokter datang, kami bakodak di teras hotel yang view-nya menghadap ke Sungai Nil. Alhamdulillah lupa sejenak mama dengan penyakitnya, tersungging senyumnya menikmati indahnya Sungai Nil.

Aku dan Nina, di teras Hotel Sofitel
view Sungai Nil

Senyum mama bersama Nina (menantu)

Mama dan besan (mama Nina)


City tour dan Penyakit mama
Aku dan mama harus berkorban dan sabar tidak ikut city tour di sekitar hotel dengan rombongan karena kami harus menunggu dokter yang akan memeriksa penyakit mama. Ketika dokter selesai memeriksa mama, dia menyarankan agar membawa mama ke rumah sakit untuk dirawat inap karena mengalami ‘stroke ringan’.  

Masih terbayang dalam ingatanku saat itu aku merasakan kepalaku seperti mau pecah, jantungku berdebar dan tanganku keringat dingin menghadapi situasi yang membuatku cemas harus mengambil keputusan sendirian di negara orang.

Sambil berdoa dalam hati, akhirnya aku bertanya pada Dr. M. Habib sesuai yang tertulis di name tag, apakah dia muslim dan ternyata bukan muslim tetapi Kristen Koptik. Lalu aku berkata dengan wajah memelas: “ Jika kamu minta aku membawa ibuku ke rumah sakit untuk dirawat, bukan hanya ibuku yang sakit tetapi aku juga akan sakit karena harus terpisah dari rombongan. Kami sudah lama menabung untuk berjalan-jalan ke negaramu, tetapi sekarang ibuku sakit seperti ini, tolong... bantu dan berdoa untuk kami dokter”.

Dr. M. Habib sedang memeriksa mama
ketika akan meninggalkan Mesir

Mungkin Dr. M. Habib kasihan memandang ekspresi wajahku yang sudah pasti ketakutan, kemudian memeriksa mama sekali lagi dengan teliti mulai dari kepala sampai ujung kaki. Lalu dokter menuliskan resep obat dan berkata: “Beli obat untuk ibumu dan makan sesuai resep, setelah itu kau bisa bawa ibumu kemana saja menikmati negaraku di Mesir”.  

Alhamdulillah serasa tak percaya, keputusan dokter bisa berubah dalam hitungan menit dan mama tidak jadi dirawat di rumah sakit. Ini  tentu merupakan nikmat bagiku dan mama, apalagi Dr. M. Habib berbaik hati datang ke hotel sewaktu kami akan meninggalkan Mesir untuk memeriksa kesehatan mama dan momen ini kuabadikan sebagai kenang-kenangan yang berharga.

Dr. M. Habib yang baik hati


Breakfast di Hotel Sofitel
Keesokan harinya bangun pagi, aku mempersiapkan mama mulai mandi dan berpakaian. Setelah itu kami menuju restoran hotel untuk breakfast. Begitulah untuk seterusnya kami selalu sudah siap sebelum jadwal waktu yang ditentukan oleh ketua rombongan. 

Melihat aku mendorong mama pakai kursi roda, pelayan restoran langsung menyediakan tempat. Tak lama setelah itu baru muncul Nina dan ibunya, Bibie, Kak Ega. Kami duduk bersama menikmati sarapan pagi.


Breakfast di Hotel Sofitel
Ketika selesai sarapan, kami minta izin pada pelayan restoran agar bisa membawa aneka roti yang lezat untuk bekal kami tour seharian penuh. Lagi-lagi kami mendapat nikmat, pelayan restoran menyiapkannya dalam kotak besar dan memberikannya kepadaku. Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Muhammad pelayan restoran yang baik hati, kami bakodak bersama.

Bersama Muhammad pelayan restoran


Al-Kusin Kuburan Kuno di tengah kota
Ketika ke luar dari hotel, di tengah kota kami melihat seperti rumah hunian berbagai ukuran yang letaknya rapat satu sama lain dan ada juga menara seperti masjid. 

Ternyata menurut keterangan Syahroni (tour guide) mahasiswa Indonesia yang sedang menuntut ilmu di Mesir, itu bukan rumah atau masjid, tetapi kuburan kuno Mesir yang sudah ada sejak tahun 10 Masehi, bernama Al Kusin. Uniknya lagi kuburan itu, sering dijadikan tempat berteduh oleh warga dikala cuaca terik siang hari juga musafir.


Kuburan kuno Mesir, Al Kusin
(foto beritajatim.com)

Kuburan Al Kusin di tengah kota
(foto beritajatim.com)


Museum Firaun di Tahrir Square
Didirikan pada 1835, museum ini berpindah tempat beberapa kali hingga sekarang berlokasi di dekat Tahrir Square, jantung kota Kairo.

Bangunan museum terdiri dari dua lantai, yaitu lantai pertama terdapat koleksi papirus dan koin yang digunakan dalam dunia kuno, juga artefak berupa patung, meja, dan peti mati (sarkofagus). 

Koleksi terpenting dalam museum di lantai dua adalah mumi Firaun yang dipajang di ruang khusus. Pengunjung harus membayar 8 dollar AS untuk masuk ke sini dan sama sekali dilarang memotret (bisniswisata.com).


Museum Firaun, Tahrir Square
(foto kompasiana.com)


Lantai satu Museum Firaun
(foto kompasiana.com)

Begitu turun dari bus, Syahroni menganjurkan agar kami berfoto di depan museum Firaun karena pintu masuk dan ke luar tidak sama. Kami juga diingatkan tidak boleh memotret di dalam museum.
Aku dan Nina di depan Museum Firaun

Foto bersama di depan Museum Firaun


Mama harus bersabar menunggu di dalam bus karena tidak mungkin mendorongnya dengan kursi roda mengingat situasi bangunan museum dua lantai dan harus naik turun tangga. Aku mengambil foto mama di dalam bus sebelum masuk ke dalam museum.



Mama sabar menunggu
di dalam bus


Museum Firaun terdiri dari dua lantai
(foto beritabaca.com)

Lantai dua adalah primadona, terdapat artefak peninggalan Raja dan Ratu Mesir kuno seperti: perhiasan, kendaraan dan peti tempat menyimpan mumi (Taboot). 

Ada 3 ruang mumi yaitu: ruang pertama di tempatkan untuk Raja-raja Mesir, di sini terdapat 11 mumi para Raja Mesir, antara lain: Raja Sankhenra Taa II dan Merinbtah anak no 13 dari Ramses II. 

Kondisi mumi umumnya ditutup dengan kain berwarna putih, kulit yang terlihat coklat kehitaman dan ditempatkan di dalam peti kaca (kompasiana.com).


Peti mati tempat menyimpan mumi
(foto kompasiana.com)

Mumi dibalut kain putih
(foto kompasiana.com)

Ruangan mumi Ramses II sangat dingin dan usia mumi Ramses II adalah lebih dari 3.000 tahun lamanya. Tangan dari Firaun Ramses II tidak bisa didekapkan. Inilah tanda kebesaran Allah tentang kisah Nabi Musa AS membelah Laut Merah dan Firaun tenggelam. Langka  pada tahun 2015 bisa memotret jasad Ramses II, walaupun dari jauh dan dilarang menggunakan lampu flash (kompasiana.com).

Tangan mumi Firaun tidak bisa didekap
(foto kompasiana.com)

Masih jelas dalam ingatanku ketika berada di ruangan mumi Ramses II, memang betul sangat dingin. Lama kami mengamati mumi Ramses II (Firaun) yang ada kisahnya dalam Al-Qur’an (QS 20,Taha ayat 77-78).

Kami berkomentar berbisik-bisik karena dilarang bersuara di dalam ruangan ini. Aku membayangkan Firaun tenggelam di Laut Merah, sekarang ada di depan mataku sebagai bukti kebesaran Allah SWT.

Mumi Firaun, bukti kebesaran Allah SWT
(foto kompasiana)

Makam Imam Asy-Syafi’i
Imam Asy-Syafi'i adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat dari Rasulullah SAW, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari Al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW.

Makam Imam Asy-Syafi'i
(foto republika.co.id)

Saat usia 13 tahun, Imam Syafi'i dikirim ibunya pergi ke Madinah untuk berguru kepada ulama besar saat itu, yang bernama Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia pergi ke Irak dan berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana (wikipedia.org).

Kami di depan makam Imam Syafi'i


Ketika berziarah ke makam Imam Syafi’i, aku membayangkan betapa pintarnya beliau seperti yang diterangkan Syahroni. Aku berdoa mohon pada Allah agar anak cucuku kelak pintar, soleh dan soleha.

Selesai ziarah ke makam Imam Syafi'i


Piramida (Pyramid)
Piramida Mesir adalah satu-satunya keajaiban dunia yang mendapat predikat honorary dari UNESCO, karena piramida Mesir merupakan bangunan tertua dan terbesar di dunia yang hingga kini masih bertahan (idntimes.com).

Piramida Giza
Piramida Giza atau piramida agung yang terbentang di hamparan padang pasir kawasan Giza bersuhu lebih dari 35 derajat Celcius itu terdiri atas 3 piramida besar plus satu buah Sphinx. Ketiga piramida itu adalah Khufu (Cheops), Khafre (Chephren) dan Menkaure (Mycerinus) ditambah tiga piramida kecil. Piramida digunakan sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama Firaun (wikipedia.org).

Piramida Giza
(foto wikipedia.org)
Bus pariwisata membawa kami berkeliling di kawasan Giza untuk melihat keajaiban dunia di Mesir yang dijuluki Negeri Piramida. Cuaca panas terik, mama gak turun dari bus dan ditemani Saddiq (driver) yang baik hati.

Mama dan Saddiq (driver) yg baik hati

Aku bersama rombongan lainnya turun dan bergantian bakodak sendiri-sendiri, juga ramai-ramai di depan tiga piramida Cheops, Chephren dan Menkaure merasakan teriknya matahari di hamparan padang pasir.

Aku di depan tiga piramida
(Cheops, Chephren n Menkaure)

Bakodak ramai-ramai di depan piramida


Syahroni menunjuk bulatan seperti lubang di dinding piramida dan menerangkan bahwa itu adalah adalah pintu masuk ke dalam piramida. Aku dan Bibie bakodak di depannya.

Bulatan di dinding pintu masuk
ke dalam piramida


Bangunan Piramida
Bangunan piramida menggunakan batu kapur  dan batu granit yang  disusun dari  blok-blok batu dengan ukuran dan berat yang berbeda-beda. Setiap blok batu beratnya berkisar antara 2–30 ton, bahkan ada yang beratnya mencapai 50 ton. Jumlah blok batu yang digunakan untuk mendirikan Piramida Giza, totalnya sekitar 2.300.000 blok batu (m.dream.co.id).

Masya Allah aku kagum melihat bangunan piramida dari susunan batu yang menjulang tinggi dibangun sekitar 4.500 tahun lalu dan masih berdiri kokoh sampai saat ini. Sengaja kubidik sebagai ‘barbuk’ susunan batu-batu piramida.


Susunan batu-batu piramida

Sphinx
Sphinx adalah salah satu 'landmark' utama Mesir yang berasal dari peradaban kuno. Sebuah patung besar berbentuk kepala manusia dan berbadan singa yang terdapat di Mesir, di daerah Dataran Giza, tepi barat Sungai Nil, dekat Cairo

Patung ini adalah satu dari beberapa patung terbesar di dunia yang terbuat dari satu batu utuh, tinggi 3 meter dan panjang 20 meter. Melambangkan watak gagah laksana singa dan kepribadian lembut laksana manusia (wikipedia.org).

Sphinx patung besar berbentuk kepala manusia dan berbadan singa
(foto wikipedia.org)


Terik matahari yang begitu menyengat terasa di kepala meskipun sudah memakai jilbab dan topi. Namun demikian kami tetap semangat bergaya mengabadikan bangunan bersejarah peninggalan Mesir Kuno.

Semangat bergaya di depan Sphinx

Aku dan Nina merasakan terik matahari


Toko Parfum Kerabat Dodi Al-Fayed
Dari bangunan piramida, kami  berkunjung ke toko parfum yang terkenal di kawasan Giza. Menurut keterangan Syahroni, pemiliknya adalah kerabat Alm. Dodi Al-Fayed yang meninggal dunia karena tabrakan lalu-lintas bersama Lady Diana, 31 Agustus 1997.

Kami dan pemilik Toko Parfum
kerabat Dodi Al-Fayed

Mama juga ikut mengunjungi toko parfum berkat Saddiq yang baik hati mengajak Syahroni dan ditambah satu orang lagi mengangkat mama dengan kursi rodanya ke lantai dua melalui tangga.

Mama diangkat ke lantai dua
Toko Parfum

Aku hanya melihat-lihat saja karena harga parfumnya aduhai mahal. Beberapa temanku ada yang membeli dan Alhamdulillah aku bahagia mendapat botol parfum yang unik sebagai hadiah dan masih kusimpan sampai sekarang sebagai kenang-kenangan.

Botol parfum yang unik


Toko Papirus di Mesir
Papirus (Papyrus) adalah sejenis tanaman air yang dikenal sebagai bahan untuk membuat kertas pada zaman kuno. Tanaman ini umumnya dijumpai di tepi dan lembah Sungai Nil.  Sejak 3500 SM, bangsa Mesir Kuno sudah memanfaatkan papirus. Mereka pada saat itu membuat kertas dari kulit-kulit tipis atau kulit-kulit halus papirus, sebelum ditemukan kertas seperti yang kita kenal dan dipergunakan sekarang (wikipedia.org).

Lukisan dinding dari kertas papirus
(foto wikipedia.org)

Kami mengunjungi sebuah toko yang menjual lukisan dari kertas papirus dan melihat cara pembuatannya langsung di toko tersebut. Beraneka ragam jenis ukuran lukisan dinding yang dijual, mulai dari yang kecil hingga yang besar. 

Seingatku semua kami tertarik membeli lukisan dinding dari kertas papirus dan beberapa cendera mata khas Mesir sesuai ‘kocek’ masing-masing.

Miniatur piramida, cendera mata khas Mesir


Makan malam di atas Cruise, Sungai Nil
Alhamdulillah momen ini paling berkesan karena menikmati makan malam di atas kapal pesiar (cruise) berlayar di Sungai Nil selama 2 jam. Sambil menikmati makan malam kami dihibur dengan atraksi tarian perut wanita yang berpakaian minim dan penari pria berpakaian lengkap dengan topi lebar warna-warni.


Cruise, di Sungai Nil
(foto eqyptio.com)

Penari pria dengan topi lebar warna-warni

Mama juga diangkat ke atas kapal dengan kursi rodanya. Meskipun wajah mama terlihat agak lelah dan memerah karena penyakitnya, tapi kulihat mama menikmati makan malam dan tarian yang memukau.


Makan malam di atas cruise
berlayar 2 jam di Sungai Nil

Aku dan mama menikmati makan malam
di atas kapal pesiar, Sungai Nil



Sewaktu berlayar di atas Sungai Nil, aku membayangkan kisah Nabi Musa AS yang  dihanyutkan ibunya ke Sungai Nil untuk menyelamatkannya dari Firaun yang memerintahkan untuk membunuh setiap bayi laki-laki Bani Israil, kemudian dipungut oleh istri Firaun. Penjelasannya dapat kita baca dalam Al-Qur’an (QS 28, Al-Qasas ayat 7-13).


Sungai Nil
(foto kabarislam.com)

Sungai Nil
(foto phinemo.com)

Masjid Al-Azhar, Cairo
Sebuah masjid yang dibangun oleh Panglima Jauhar Assiqilli di Cairo antara tahun 359-361 Hijriyah atau 970-972 Masehi. Merupakan masjid Islam yang paling terkenal sekaligus masjid kampus terbesar, memiliki lima menara dengan bermacam-macam tipe dan tiga mimbar. Masjid ini dinamakan Al-Azhar sebagai isyarat kepada Zahra, julukan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah SAW (wikipedia.org).

Masjid Al-Azhar, Cairo
(foto wikipedia)

Kami turun dan Alhamdulillah sempat shalat di Masjid Al-Azhar, Cairo yang bersejarah dalam dunia keilmuwan, lembaga pendidikan tinggi tertua di dunia. 

Aku dan Nina di Masjid Al-Azhar, Cairo

Ketika dalam perjalanan dari Masjid Al-Azhar menuju Masjid Al-Husein, dari dalam bus di jalan raya sempat kubidik menara Universitas Al-Azhar berwarna hijau. Begitu juga Kantor Universitas Al-Azhar yang berhadapan dengan Masjid Al-Hussein.

Menara Universitas Al-Azhar


Universitas Al-Azhar berhadapan dengan
Masjid Al-Hussein

Masjid Al-Hussein, Cairo
Di dalam masjid yang dibangun tahun 1154 Masehi inilah terdapat makam cucu Rasulullah SAW, Hussein bin Ali bin Abi Thalib. Letaknya sekitar 7,6 kilometer dari Masjid Al-Azhar. Riwayat mengisahkan, makam ini hanya berisi kepala Sayyidina Hussein, sementara jasadnya dimakamkan di Padang Karbala, tempat Sayyidina Hussein gugur pada pertempuran Karbala, Irak (Surabaya.tribunnews.com).

Masjid Al-Hussein
(foto triadvisor)

Kami tidak masuk ke Masjid Al-Hussein, hanya kubidik fotonya dari luar. Begitu juga mama hanya duduk di dalam bus karena cuaca panas terik.

Masjid Al-Hussein kubidik dari luar

Aku dan mama di dalam bus
di depan Masjid Al-Hussein

Bazar Khan El-Khalili
Terletak di Pusat Kota Cairo, di depan Masjid Al-Hussein merupakan pusat belanja souvenir khas Negeri Mesir. Nama pasar ini diambil dari nama pendirinya Emir Jaharks El-Khalili (kompasiana.com).

Bazar Khan El-Khalili
(foto pinterest.com)


Kami hanya singgah sebentar membeli oleh-oleh di Bazar Khan El-Khalili karena katanya belum sah kalau tidak belanja di pasar yang bersejarah di Mesir. Ada juga kubidik suasana di luar pasar dari dalam bus.

Pasar bersejarah di Mesir
Bazar Khan El-Khalili

Benteng Salahuddin Al-Ayyubi
Dibangun oleh panglima Salahuddin Al-Ayyubi pada tahun 1183 untuk membentengi kota Kairo dari serangan-serangan luar, khususnya di masa Perang Salib. 

Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi  adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini) yang dikenal dengan nama julukannya yaitu, Salahuddin Al-Ayyubi di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib dan menang (wikipedia.org).

Benteng Salahuddin Al-Ayyubi
(foto majalah missi)

Masya Allah luasnya kawasan Benteng Salahuddin Al-Ayyubi, kami hanya berkeliling naik bus melihat tembok benteng Salahuddin Al-Ayyubi bangunan bersejarah tersusun dari bebatuan yang berdiri kokoh.

Bangunan bersejarah
Benteng Salahuddin Al-Ayyubi
(foto kabarislam.com)

Masjid Muhammad Ali Pasha
Adalah salah satu masjid yang menjadi landmark Ibukota Mesir. Lokasinya berada tepat di atas Benteng Salahuddin, membuat bangunan masjid ini terlihat begitu megah. Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Alabaster karena dinding masjid ini dilapisi alabaster yaitu batu jenis marmer.

Masjid Muhammad Ali Pasha
(foto bisniswisata.co)

Muhammad Ali Pasha pemimpin Mesir modern yang memerintahkan pembangunan masjid ini di pengujung abad ke-19. Masjid Muhammad Ali Pasha mengadopsi gaya Ottoman.

Bangunan masjid memiliki dua buah menara yang ramping dan runcing yang mengapit sejumlah kubah kecil dan kubah utama. Tinggi kedua menara ini mencapai 82 meter dan bagian kubahnya dibuat megah, tinggi, mirip dengan Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki (republika.co.id).

Masjid Muhammad Ali Pasha
(foto republika.com)

Perjalanan kami memang di musim panas, sehingga cuaca sangat terik sewaktu kami memasuki Masjid Muhammad Ali Pasha, tetapi kami harus turun dan berjalan kaki jika ingin memasuki Masjid Ali yang berada di dalam kawasan Benteng Salahuddin Al-Ayyubi.

Alhamdulillah karena bijaknya Syahroni dan Bpk. Marzuki berdialog dengan penjaga pintu masuk bahwa ada mama yang sedang sakit tidak bisa berjalan, maka kami mendapat kemudahan bisa parkir di dekat masjid. 

Kami bersama Bpk. Marzuki
di pelataran Masjid Muhammad Ali Pasha

Interior Masjid Muhammad Ali Pasha
(foto republika.com)

Masya Allah begitu masuk ke dalam masjid aku kagum melihat masjid bersejarah dan artistik diterangi lampu-lampu hias menambah keindahan masjid ini. Kami mencari angle di beberapa tempat untuk bakodak, juga di depan dinding yang terbuat dari marmer.

Mama, aku dan Nina di dalam
Masjid Muhammad Ali Pasha

Kami di depan dinding marmer
Masjid Muhammad Ali Pasha


Restoran Cina Muslim
Dalam perjalanan ke Cairo International Airport, kami singgah di Restoran Cina Muslim untuk makan siang. Aku lupa bagaimana rasanya, tetapi yang paling kuingat ketika kami makan di beberapa restoran selama di Mesir, syoorr kali menikmati jus  buah asli tanpa pengawet dan pemanis, teristimewa jus mangga, Masya Allah sedaaapp.....

Aku dan mama menikmati makan siang
di Restoran Cina Muslim

Mama dan Syahroni (tour guide)

Begitulah kisah perjalanan kami ke Mesir mengunjungi tempat bersejarah dalam agama Islam. In Syaa Allah bermanfaat bagi para sanak saudara dan teman-teman. Banyak pengalaman berharga yang kupetik dan mengambil iktibar selama 3 hari menjelajah Mesir bersama mama yang mengalami stroke ringan.

Sakit adalah ujian tanda kasih sayang Allah, buktinya banyak kemudahan yang kami peroleh karena kondisi mama yang sedang sakit. Sebagaimana bunyi Surah Alam Nasyrah (QS 94 ayat 5) yang berbunyi: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

Alhamdulillah mama sekarang sudah berusia 82 tahun dan masih bisa berjalan walaupun harus memakai tongkat. Mungkin berkat kesabarannya, mama masih bisa melakukan Umrah sebanyak empat kali setelah perjalanan kami ini.

Mama, aku dan suami di Masjid Nabawi
Umrah Keluarga besar Lubis Nov. 2018

Sesuai Surah dalam Al-Qur’an (QS 14, Ibrahim ayat 7): "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (alquranalhadi.com).

Perjalanan dari Mesir masih berlanjut. Ingin tahu perjalanan kami selanjutnya? Sabar ya guys, menyusul kisahku ke Masjid Al-Aqsha.