Minggu, 05 April 2020

PERJALANAN MENDEBARKAN DAN MENAKJUBKAN KE MASJID AL AQSHA PALESTINA



Masjid adalah tempat ibadah umat muslim yang suci dan mulia. Namun demikian ada 3 masjid yang kedudukannya lebih utama dibandingkan masjid-masjid lain yang ada di dunia ini, yaitu: Masjidil Haram (Mekkah), Masjid Nabawi (Madinah) dan Masjid Al-Aqsha (Palestina).

Alhamdulillah kami sudah selesai melakukan ibadah umrah ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, juga tour ke Jordan dan kisah tour sebelumnya ke Mesir (Blogger Farida Yuliani Lubis, Ujian dan Nikmat di Mesir Negeri Piramida).

Sekilas akan kuceritakan perjalanan umrah kami ke Madinah dan Mekkah, kemudian selanjutnya kami menuju Masjid Al-Aqsha di Palestina.

Yok guys ikuti kisah perjalanan kami yang mendebarkan dan menakjubkan ke Masjid Al-Aqsha bersama PT. Gelora Indah Lestari Tours & Travel.



Madinah Al-Munawwarah
Dari Mesir kami berangkat ke Jeddah untuk melakukan ibadah umrah, melalui Queen Alia International Airport, Amman dengan pesawat Royal Jordan. Tiba di Jeddah langsung berangkat naik bus menuju Madinah dan menginap di Hotel Sheraton Alharithyah.

Kami di Hotel Sheraton Alharithyah, Madinah


Selama empat hari di Madinah, kami melakukan ibadah wajib dan sunah di Masjid Nabawi, juga ziarah ke Masjid Quba, Qiblatin dan Jabal Uhud serta belanja ke Pasar Kurma.

Kegiatan kami Madinah tidak kujelaskan lagi secara rinci karena tahapannya hampir sama seperti blog yang kubuat sewaktu melakukan ibadah umrah bulan November 2018 bersama keluarga besar Lubis dan Yusni Amrin (Blogger Farida Yuliani Lubis, Lima hari di Madinah bersama Yasmira).


Mekkah (Makkah al-Mukarramah)
Di Mekkah kami menginap di Mekkah Tower 3. Alhamdulillah karena kondisi mama yang memakai kursi roda, kami dapat Suite Room di lantai satu, sementara teman-teman yang lain di lantai atas.

Aku dan mama di Mekkah Tower 3

Banyak tempat mustajab berdoa di Masjidil Haram. Oleh karena itu ketika berada di depan Ka’bah aku mengajak mama berdoa dan menurunkannya dari kursi roda. Setelah itu kuminta mama berdiri dan berpegangan pada tali pembatas di dekat Maqam Ibrahim dan berdoa agar bisa berjalan.


Ka'bah dan Maqam Ibrahim
(foto umrah.com)


Alhamdulillah dengan tertatih-tatih, mama bisa berjalan. 'Allahuakbar'. Sejak saat itu setiap hari kulatih mama untuk berjalan sekitar 10 menit. Namun demikian dalam perjalanan, mama masih tetap memakai kursi roda. 

Begitu juga sewaktu kami melakukan umrah sunah dengan miqat dari Masjid Ji’ranah, mama belajar berdiri dan berjalan ke dalam masjid.


Seperti di Madinah, kegiatan kami di Mekkah juga tidak kujelaskan lagi karena tahapannya hampir sama dan bisa dibaca di blog yang sudah pernah kubuat (Blogger Farida Yuliani Lubis, Kegiatan kami selama 6 hari di Mekkah dengan PT. Yasmira).


Aku dan mama miqat dari Masjid Ji'ranah


Diskusi untuk berangkat ke Masjid Al-Aqsha
Malam terakhir kami berada di Mekkah, Bpk. Marzuki selaku ketua rombongan dari PT. Gelora Indah Lestari Tours & Travel mengajak kami semua untuk berdiskusi tentang keberangkatan kami ke Masjid Al-Aqsha.

Sesuai rencana seharusnya kami menginap satu malam, tetapi situasi di sana tidak bisa dijamin karena bisa saja sewaktu-waktu terjadi konflik, maka kunjungan kami ke Masjid Al-Aqsha dibuat menjadi satu hari penuh dan tidak menginap.
Check-out dari Mekkah Tower 3
 
Jeddah
Dari Mekkah kami menuju Jeddah dan menginap satu malam di Madinah Palace Hotel. City tour ke Masjid terapung Ar-Rahmah di pantai Laut Merah, makan siang dan ke Balad Corniche, Shopping Mall di Jeddah.

Kami di Masjid terapung Ar-Rahmah,
Laut Merah

Momen yang paling kuingat ketika di Balad Corniche adalah sewaktu menunggu teman-teman lain shopping, aku duduk dengan mama di depan toko kacamata. Iseng-iseng aku masuk ke toko itu dan menawar sunglasses sesuai ‘kocek’, tetapi tak dikasih penjaga toko.

Selang lima menit, aku dipanggil penjaga toko dan sungglasses yang kutawar tadi diberikan oleh pemilik toko yang baru datang ke tokonya. Alhamdulillah rezeki anak soleha.

Aku dan mama di Balad Corniche


Hotel Alia, Amman
Dari Jeddah kami berangkat ke Amman dengan pesawat Royal Jordan dan tiba dini hari, lalu istirahat di Hotel Alia (hotel transit) tempat kami pernah menginap sewaktu di Jordan (Blogger Farida Yuliani Lubis, Jordan Membangkitkan Ingatanku di Usia Paruh Baya).

Dari Jeddah ke Amman



Jalan darat ke Masjid Al-Aqsha
Kami berangkat dari Hotel Alia pukul 7 pagi naik bus pariwisata. Bpk. Marzuki sudah mengingatkan agar kami berpakaian casual, khusus laki-laki cukup pakai peci atau lobe dan perempuan membawa tas sandang saja. Hal ini untuk memudahkan pemeriksaan di imigrasi Israel.

Jembatan Allenby
Jembatan Allenby membentang di atas sungai Jordan, disebut juga  persimpangan Al-Karama yang menghubungkan Yordania dan Israel. 

Penyeberangan ini adalah satu-satunya jalan keluar dan pintu masuk yang ditentukan untuk masuk dan keluar warga Palestina di Tepi Barat dari wilayah pendudukan Israel (Minanews.net).

Jembatan Allenby
(foto konfirmasitime.com)


Sejarah Jembatan Allenby
Orang Israel mengenalnya dengan Jembatan Allenby, sedangkan orang Arab Palestina mengenalnya sebagai Jembatan Raja Hussein.

Jembatan Allenby yang asli tidak seperti saat ini, karena sudah mengalami perbaikan dan perubahan. Jembatan yang asli dibangun pada tahun 1918 di atas sisa jembatan era Utsmaniyah lama oleh Edmud Allenby jendral asal Inggris. Itulah sebabnya jembatan ini lebih dikenal dengan jembatan Allenby, yang diambil dari nama pendirinya (sekolahumrah.com).

Jembatan Allenby/Jembatan Raja Hussein
(foto sekolahumrah.com)

.
Pos tentara Israel di Jembatan Allenby
Di tengah perjalanan,  sebelum melintasi jembatan, bus kami berhenti di pos tentara Israel dan kulihat beberapa tentara Israel berjaga lengkap dengan senjatanya, oiii mak.. seram dan mencekam. 

Kemudian masuk ke dalam bus kami untuk melakukan pemeriksaan, dua orang tentara Israel memegang senjata laras panjang berjalan dari depan sampai ke belakang. 

Ya Allah jantungku berdegup kencang melihat ekspresi wajah tentara yang dingin dengan moncong senjata ke arah kami. Aku berdoa dalam hati dan Alhamdulillah lega rasanya, begitu tentara itu ke luar dari bus dan kami melanjutkan perjalanan.

Pos tentara Israel di Jembatan Allenby
(foto kompasiana.com)


Sungai Jordan
Sungai Jordan terbentang di Asia Barat Daya yang berhulu di utara Israel dekat kibbutz Sede Nehemya dan mengalir lewat Laut Galilea ke Laut Mati. Sungai Jordan merupakan sebagian batasan antara Israel dan Yordania.

Kibbutz dari bahasa Ibrani ‘komunitas’ adalah tempat-tempat pemukiman kolektif di Israel dengan sistem kepemilikan bersama dan struktur-struktur dasar demokratis (wikipedia.org).

Kibbutz
(foto haarest.com)

Ketika melintasi jembatan, aku melihat mengalir sungai di bawahnya dan menurut tour guide yang membawa kami dari Hotel Alia, itu adalah sungai Jordan yang sempat menjadi 'rebutan' antara Israel dan Yordania. Lembah Jordan sangat subur, menghasilkan buah-buahan dan sayuran sepanjang tahun.

Sejak tahun 2015 lalu, UNESCO secara resmi mengakui bahwa situs pembaptisan Nabi Isa AS sebenarnya ada di area Yordania. Oleh karena itu, Bethany of Jordan masuk dalam daftar situs yang wajib dilestarikan (travel.detik.com).


Sungai Jordan
(foto wikipedia.org)


Sejujurnya ketika bus kami melintas di atas sungai Jordan, tidak seperti yang kubayangkan lebar dan luas, ternyata sungai Jordan kecil. Namun demikian lembah di sekitarnya sangat subur.

Sungai Jordan dan lembahnya yang subur
(foto kompasiana.com)


Kantor Imigrasi Israel
Setelah melewati jembatan Allenby kami memasuki kantor imigrasi Israel. Visa kami berupa group visa yang mencantumkan data semua peserta yang akan ikut tour dipegang oleh Bpk. Marzuki.

Ketika memasuki imigrasi Israel kami antri untuk pemeriksaan yang cukup ketat. Kasihan mama harus antri berdiri waktu pemeriksaan imigrasi. 

Agak berdebar juga ketika berhadapan dengan petugas imigrasi Israel perempuan berbadan besar dan tegap dengan ekspresi wajah dingin tanpa senyum.

Pemeriksaan di Kantor Imigrasi Israel
(foto kompasiana.com)


Selesai pemeriksaan kami harus menunggu dan belum boleh ke luar dari gedung imigrasi Israel sampai bus dan tour guide yang akan membawa kami ke Masjid Al-Aqsha sudah berada di tempat. Begitu juga bus yang membawa kami dari Jordan menunggu kepastian sampai kami berangkat, setelah itu baru kembali ke Jordan.

Alhamdulillah ternyata tour guide yang menjemput kami sudah tiba di kantor imigrasi Israel dan kami masuk ke dalam bus, melanjutkan perjalanan ke Masjid Al-Aqsha.


Ke luar dari kantor imigrasi Israel
(foto lenisasmita.com)



Pemandangan kota Yerusalem dari Bukit Zaitun
Bukit yang berada di timur kota Yerusalem ini berada di ketinggian 400 mdpl. Pengunjung dapat melihat pemandangan kota Yerusalem dari atas Bukit Zaitun dengan jelas (kumparan.com). 

Dalam perjalanan menuju Masjid Al-Aqsha, kami berhenti sebentar di pinggir jalan untuk melihat pemandangan kota Yerusalem. Aku hanya membidik dari jauh dan terlihat kubah emas di kawasan kota Yerusalem. 

Pemandangan kota Yerusalem
kubidik dari jauh


Tiba di Gerbang Masjid Al-Aqsha
Alhamdulillah setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami tiba di kawasan Masjid Al-Aqsha pukul 10 pagi. 

Qadarullah mama gak bisa ikut masuk ke dalam masjid karena turun dari bus harus berjalan kaki menuju pintu gerbang yang cukup jauh, cuaca panas terik dan waktu kunjungan yang singkat serta situasi yang kurang kondusif. Oleh karena itu mama yang kelihatan sedih, harus bersabar menunggu di dalam bus.

Pintu gerbang Masjid Al-Aqsha
(foto minanews.com)


Kami dipandu oleh Imed (tour guide) memasuki pintu gerbang kompleks Masjid Al-Aqsha. Begitu masuk ke dalam, Ya Allah aku melihat tentara Israel lengkap dengan senapan berjaga di bagian dalam pintu gerbang.

Imed membawa kami ke tempat wudhu untuk berwudhu. Astaghfirullah agak ngeri aku membayangkan suasana waktu itu, tentara Israel yang berjaga dekat pintu gerbang mengamati kami. Makanya Imed menunggu kami semua sampai selesai berwudhu.

Pada waktu memasuki Masjid Al-Alqsha, kami tak sempat bakodak di pintu gerbang karena mengingat waktu yang terbatas. Alhamdulillah sewaktu ke luar dari pintu gerbang Masjid Al-Aqsha, kami sempatkan gantian bergaya meskipun panas terik.


Gantian bergaya di  pintu gerbang
Masjid Al-Aqsha


Dome of the Rock
Dome of the Rock (kubah batu) adalah kubah pertama di dunia yang dibangun Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah. Pada mulanya kubah Dome of the Rock merupakan kayu yang dilapisi kuningan atau keramik. Kemudian pada kekuasaan Turki Utsmani, kubahnya diperbaiki dan bagian bawah dilapisi marmer (nu.or.id).

Dome of the Rock
(foto traveldream.com)


Batu di dalam Dome of the Rock
Dome of the Rock disebut juga  ‘Masjid Kubah Emas’, yang menjadi simbol dari wilayah suci Al Quds dan Palestina secara umum. Bagian dalam ‘Masjid Kubah Emas’ ada gua kecil dan batu unik yang menjadi atap gua seolah melayang di udara (al-habib-info).


Gua kecil dan batu melayang
(foto alhabib.info)


Setelah berwudhu, Imed membawa kami memasuki Dome of the Rock atau ‘Masjid Kubah Emas’ dan berjalan menuju ruangan bawah menyerupai gua melalui tangga.

Masya Allah takjub aku melihat langsung batu yang tergantung disanggah tiang. Menurut kisahnya batu itu adalah tempat berpijak Nabi Muhammad SAW sewaktu melakukan Isra Mi’raj. Di sini juga bisa melakukan shalat sunah. 

Seandainya Imed tidak melarang kami berfoto di dalam masjid, so pasti sudah bakodak kami di tempat yang bersejarah bagi kita umat Islam.

Batu tergantung dalam Masjid Kubah Emas
(foto lubukhati.org)

Kami bakodak di depan, setelah ke luar dari Dome of the Rock atau Masjid Kubah Emas, setelah selesai mengunjungi Masjid Al-Aqsha. 

Alhamdulillah kami dikasih kesempatan untuk berfoto sendirian dan bersama-sama di tempat yang menjadi simbol wilayah suci Al-Quds, bahkan Palestina secara umum.

Aku di depan Dome of the Rock
atau Masjid Kubah Emas


Kami di Masjid Kubah Emas
simbol wilayah suci Al-Quds


Masjid Al-Aqsha
Masjid Al-Aqsha juga disebut dengan Baitulmaqdis atau Al-Ḥaram al-Qudsī asy-Syarīf (Tanah Suci Yerusalem yang Mulia). Kompleks seluas 144.000 meter persegi ini berada di Kota Lama Yerusalem.

Yerusalem adalah kota suci 3 agama. Umat Muslim datang ke Masjid Al Aqsa, umat Kristiani ke Bethlehem dan umat Yahudi ke Tembok Ratapan  (wikipedia.org).

Menurut kepercayaan Yahudi, tempat yang sekarang menjadi Masjid Al-Aqsha juga dipercaya menjadi tempat berdirinya Bait Suci pada masa lalu yang pertama dibangun oleh Nabi Sulaiman AS (Salomo) putra Nabi Daud AS (Daud) pada tahun 957 SM (wikipedia.org).

Kompleks Masjid Al-Aqsha
(foto indonesiainside.com)


Masjid Al-Aqsha yang sebenarnya
Masjid yang memiliki kubah yang berwarna keabu-abuan adalah Masjid Al-Aqsha yang sebenarnya, bukan masjid yang memiliki kubah berwarna emas yang selama ini kita sangka. Masjid yang memiliki kubah warna emas itu sebenarnya adalah masjid Qubbat As-Sakhrah atau yang biasa disebut dengan masjid “Dome of the Rock” (islampos.com).

Masjid Al-Aqsha kubah keabu-abuan
(foto esqtour.com) 

Dari Dome of the Rock atau ‘Masjid Kubah Emas’, Imed membawa kami berjalan kaki ke Masjid Al-Aqsha yang sebenarnya. Sebelumnya aku juga menyangka bahwa ‘Masjid Kubah Emas’ adalah Masjid Al-Aqsha. 

Masjid Al-Aqsha dan Dome of the Rock
(foto wesaltravel.id)


Masjid Al-Aqsha letaknya dekat dari Dome of the Rock, jaraknya sekitar 50 meter. Kami melewati halaman masjid yang luas, ditumbuhi pohon-pohon.

Ketika berada di dalam Masjid Al-Aqsha untuk shalat sunah dua rakaat, hatiku ‘terenyuh’ melihat kondisi masjid yang sepi, sangat kontras dibandingkan dengan keadaan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi selalu ramai oleh lautan manusia dari seluruh penjuru dunia.

Keadaan di dalam Masjid Al-Aqsha
(foto alif.co.id)

Namun demikian, Masya Allah kagum aku melihat beberapa orang anak kecil Palestina sedang mengaji di dalam Masjid Al-Aqsha tanpa rasa takut sama sekali terhadap situasi masjid yang dijaga oleh tentara Israel.

Masjid al-Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam hingga tujuh belas bulan setelah hijrah sampai kemudian dialihkan ke Ka’bah di Masjidil Haram. Masjid Al-Aqsha merupakan salah satu tempat Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Mi’raj (wikipedia.org).


Masjid Al-Aqsha kiblat pertama umat Islam
(foto minanews.com)


Pengertian Isra Mi’raj
Isra’ adalah ‘berjalan malam hari’ dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjid Al-Aqsha (Palestina) dan Mi’raj adalah ‘naik ke langit’ hingga ke langit ketujuh dan bahkan hingga ke tempat yang lebih tinggi, yaitu Sidratil Muntaha dan Mustawa (zakat.or.id).

Isra Mi'raj berjalan malam hari, naik ke langit
(foto zakat.or.id)


Isra dan Mi’raj dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dengan ditemani oleh Malaikat Jibril setahun sebelum beliau Hijrah dari Mekkah ke Madinah, yaitu malam Senin 27 Rajab tahun 621M. Pada peristiwa spritual ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah shalat lima waktu sehari semalam (zakat.or.id).

Tak terlukiskan dengan kata-kata bagaimana perasaanku ketika berada di dalam Masjid Al-Aqsha. Aku membayangkan Rasulullah SAW melakukan perjalanan Isra Mi’raj, peristiwa sakral bagi kita umat Islam yang tertera dalam Al-Qur’an (QS 17, Al-Isra’ ayat 1).


(foto fitrayadi.blog.spot)


Ruangan bawah tanah Masjid Al-Aqsha
Selesai shalat sunah dua rakaat, kami dibawa Imed menuju ruangan bawah tanah Masjid Al-Aqsha. Masya Allah bagaikan menyusuri lorong waktu di zaman Nabi Sulaiman AS. Seingatku ada kursi di ruangan itu dan Pak Marzuki bercanda kalau itu adalah peninggalan singgasana Nabi Sulaiman AS.

Ruang bawah tanah Masjid Al-Aqsha
(foto detik travel)


Menurut klaim Yahudi, ada peninggalan kuil (sinagog) Solomon (Nabi Sulaiman) yang mereka anggap sebagai lambang kekuatan. Mereka meyakini bahwa fondasi kuil tersebut berada di bawah Masjid Al-Aqsa, dan telah runtuh (minanews.net).

Tiang di ruang bawah tanah
(foto alif.id)


Alhamdulillah ketika ke luar dari dalam Masjid Al-Aqsha, kami bakodak bersama di depan Masjid Al-Aqsha sebagai kenang-kenangan.  

Aku dan Nova di depan Masjid Al-Aqsha

Bakodak bersama di depan Masjid Al-Aqsha


Halaman Masjid Al-Aqsha
Berhubung sudah boleh berfoto, ketika melewati halaman luas yang ditumbuhi pohon-pohon bagaikan halaman istana kerajaan di masa lampau, kami sempatkan mengabadikan momen yang berkesan ini.

Kami di halaman Masjid Al-Aqsha

Halaman luas dan pohon-pohon
Masjid Al-Aqsha

Tembok Ratapan
Tembok Ratapan adalah tempat yang penting dan dianggap suci oleh Yahudi. Ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Herodes. Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi (wikipedia.org).

Tembok Ratapan, tempat ibadah
agama Yahudi
(foto kumparan)


Tembok Buraq
Tembok Ratapan juga disebut ‘Tembok Buraq’ karena diyakini oleh umat Islam dalam peristiwa Isra Mi’raj sebagai tempat buraq ditambatkan pada sebuah tiang yang terletak arah kanan dari Masjid Al-Aqsha. 

Pada tiang ini sekarang tertulis dengan ‘Al-Masjid Al-Buroq Al-Syarif’ dan Tembok Ratapan tempat suci agama Yahudi, terdapat persis di belakang tiang ini (wikipedia.org).

Tembok Ratapan atau Tembok Buraq
(foto aqsapedia.com)

Imed juga menunjukkan dari jauh ‘Tembok Ratapan’ yang dindingnya merupakan pagar pembatas di halaman Masjid Al-Aqsha. 

Dinding Tembok Ratapan
(foto islampos.com)


Restoran di Yerusalem
Dari Masjid Al-Aqsha kami menuju salah satu restoran di Yerusalem untuk makan siang. Yang paling kuingat pada waktu itu adalah ketika masuk restoran, tersedia kuliner khas Palestina di dalam talam bulat yang besar. Pak Marzuki menyilakan kami untuk mencicipi makanan tersebut. Aku sudah lupa rasanya dan gak punya fotonya, kalau gak salah seperti foto di bawah ini.

Kuliner khas Palestina
(foto menix news)


Palestina
Negara Palestina adalah sebuah negara di Timur Tengah antara Laut Tengah dan Sungai Yordan. Status politiknya masih dalam perdebatan. 

Sebagian besar negara di dunia termasuk negara-negara anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok, dan ASEAN telah mengakui keberadaan Negara Palestina. 

Wilayah Palestina saat ini terbagi menjadi dua entitas politik, yaitu Wilayah Pendudukan Israel dan Otoritas Nasional Palestina (wikipedia.org).
Wilayah Palestina n Israel
(foto cnbcindonesia.com)


Permukiman warga Palestina
Terbayang dalam ingatanku ketika dalam perjalanan Imed menunjukkan permukiman warga Palestina yang begitu menyedihkan, sementara di seberang jalan terlihat perumahan warga Israel yang mewah. Sedih rasanya hati ini melihat anak-anak Palestina bermain bola di pekarangan rumahnya.

Permukiman warga Palestina
(foto hrw.org)



Bukit Thursina, Palestina
Para ulama banyak yang menyebutkan, sesungguhnya bukit Thursina, tempat Nabi Musa AS menerima wahyu, adalah di lembah suci yang ada di Palestina, bukan di Mesir. Merujuk kepada QS 23, Al Mu'minun ayat 20 dan QS 95, At Tin ayat 1-3 (republika.co).

Dalam perjalanan menuju Makam Nabi Ibrahim AS, kami melewati jalan yang dari jauh terlihat bukit Thursina dan Imed menerangkan bahwa di bukit itu Nabi Musa AS menerima wahyu dan 10 perintah Allah (The Ten Commandement).

Bukit Thusina, Palestina
(foto republika.co)



Hebron, Palestina
Hebron adalah sebuah kota di wilayah Yudea selatan di Tepi Barat. Letak kota Hebron 30 km di selatan Yerusalem dan 930 mdpl. Di kota ini tinggal sekitar 120.000 orang Palestina dan 600 orang pemukim Israel (wikipedia.org).

Hebron, Palestina
(foto wikipedia.org)


Hebron dikenal dengan ‘Kota Tiga Nabi’ yakni Nabi Ibrahim AS, Nabi Ishaq AS, dan Nabi Ya’qub AS. Hebron adalah kota yang menghasilkan hasil tani anggur, buah ara, kapur, dan tembikar.

Selain dari itu, banyak dijumpai di kota ini produksi batu kapur, bengkel keramik dan pabrik gelas tiup. Di kota Hebron juga terdapat pabrik susu yang besar dan terkenal bernama Al-Juneidi (sekolahumrah.com).

Dalam perjalanan menuju Hebron, aku melihat kebun anggur yang subur dan membidiknya dari dalam bus.

Aku membidik kebun anggur yang subur


Masjid Ibrahim
Masjid Ibrahim terletak di kota Hebron Palestina, sekitar 30 kilometer dari selatan Al Quds (Yerussalem). Maka Hebron dianggap sebagai kota suci umat Islam yang keempat setelah Al Quds (lenisasmita.com).

Masjid Ibrahim di Hebron, Palestina, adalah masjid yang penjagaannya paling ketat di dunia, karena untuk masuk ke dalamnya harus melalui pemeriksaan yang ketat oleh tentara Israel, melalui pintu besi dan metal detector, juga diawasi dengan puluhan CCTV (kompasiana.com).


Masjid Ibrahim dijaga tentara Israel
(foto ncd.co.id)

Masih terbayang dalam ingatanku sewaktu kami akan memasuki Masjid Ibrahim, agak seram melihat tentara Israel yang melakukan pemeriksaan di pintu masuk masjid. Pada waktu itu kami dilarang membawa kamera.


Pintu masuk Masjid Ibrahim
(foto lenisasmita.com)


Makam Nabi Ibrahim AS dan keluarganya
Masjid dan lokasi ini memiliki sejarah yang panjang. Di dalam masjid ini terdapat gua yang disebut sebagai gua Makhpela. 

Di dalam gua itu, dimakamkan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, mulai dari istrinya Sarah, putranya Nabi Ishaq AS dan istrinya Ribka, cucunya Nabi Yakub AS dan istrinya Leah, serta cicitnya Nabi Yusuf AS (kompasiana.com).

Makam Nabi Ibrahim AS dan keluarga diklaim oleh ketiga agama, yaitu: Islam, Yahudi dan Nasrani (kompasiana.com).

Makam Nabi Ibrahim AS dan keluarganya
(foto unrested.com)


Sejak peristiwa berdarah penembakan umat Islam yang sedang shalat Subuh berjama’ah pada tahun 1994,  Masjid Ibrahim dijaga sangat ketat oleh tentara Israel. 

Pemerintah Israel kemudian membagi masjid ini menjadi dua bagian. Area utama masjid tetap difungsikan sebagai masjid untuk umat Islam, sedangkan area lainnya dijadikan sinagog atau tempat ibadah kaum Yahudi (kompasiana.com).


Dinding pembatas Masjid Ibrahim
(foto lenisasmita.com)


Makam Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ishaq AS berada di area masjid, sedangkan makam Nabi Yakub AS dan Nabi Yusuf AS berada di area sinagog, tempat ibadah kaum Yahudi (kompasiana.com).


Makam Nabi Ishaq AS
(foto takaza.or)


Aku paling ingat ketika berziarah ke makam Nabi Ishaq AS, karena jaraknya dekat dengan makam ibundanya, yaitu: Sarah, istri Nabi Ibrahim AS. 

Pada waktu kami berziarah 20 tahun yang lalu, keadaan masjid dan makam-makam tidak sebagus sekarang. Namun sayangnya kami dilarang mengambil foto, oleh karena itu gak ada ‘barbuk’.

Makam Sarah, istri Nabi Ibrahim AS
(foto idwikshia.net)


Seingatku ketika kami berziarah ke makam Nabi Ibrahim AS, tidak bisa melihat langsung karena dikunci dan harus gantian mengintip ke bawah dari celah-celah lubang di bulatan kuncinya. 

Kunci makam Nabi Ibrahim AS
(foto wikipedia.org)


Letak makam Nabi Ibrahim AS ada di dalam gua sedalam 15 meter ke bawah. Aku gak sempat ikutan mengintip ke bawah karena waktu yang terbatas, kalau gak salah Nina yang berhasil.

Mengintip makam Nabi Ibrahim AS
(foto lenisasmita.com)


Sewaktu kami ke luar dari masjid selesai berziarah dan menuruni tangga, kami lihat ada seorang laki-laki yang kakinya puntung dan menurut Imed, itu adalah salah seorang korban yang selamat dari peristiwa berdarah sewaktu shalat subuh di Masjid Ibrahim.

Tangga Masjid Ibrahim
(foto acehtribunnews)


Kerajinan Kaca Khas Hebron
Kaca Hebron salah satu kerajinan khas dari kota Hebron di Tepi Barat, daerah Palestina yang diduduki Israel. Produksinya terkenal karena proses pembuatannya yang masih dikerjakan secara tradisional dan sudah ada sejak tahun 1890.  

Awalnya pembuatan kaca Hebron adalah bisnis keluarga yang berkembang selama bertahun-tahun dan sudah diekspor ke berbagai negara (kumparan.com).


Tempat pembuatan kaca khas Hebron
(foto kumparan.com)


Ada yang istimewa ketika kami berkunjung ke tempat pembuatan kerajinan kaca khas Hebron karena kami langsung melihat cara pembuatannya yang unik  memakai pipa panjang yang dipanaskan dan ditiup.

Pipa panjang yang dipanaskan dan ditiup
(foto kumparan.com)


Setelah melihat cara pembuatannya kami masuk ke galeri, Masya Allah kagum aku melihat aneka ragam hasil kerajinan kaca khas Hebron. 

Kaca khas Hebron di Galeri
(foto kumparan.com)



Aku tertarik membeli kerajinan khas Hebron yang berukuran kecil, tapi bentuknya unik dan masih kupajang sampai sekarang dalam lemari hias. 

Kerajinan khas Hebron
kupajang dalam lemari hias


Jericho
Jericho adalah sebuah kota yang terletak Tepi Barat, Governorat Jericho, di dekat Sungai Jordan. Saat ini Jericho memiliki populasi sebesar 25.000 orang Palestina dan Israel. 

Jericho merupakan kota tertua di dunia. Arkeolog telah menggali puing-puing lebih dari 20 penghunian berurutan di Jericho dan desa pertama di tempat ini ditemukan oleh arkeolog berusia 200 tahun (wikipedia.org).


Jericho kota tertua di dunia
(foto kompasiana.com)


Makam Nabi Musa AS
Makam Nabi Musa AS terletak 11 km di sebelah selatan Jericho atau 20 km di timur Yerusalem dan menjadi bagian dari wilayah Yordania. Makam Nabi Musa AS terletak di salah satu ruang masjid yang berdiri di atas bukit wilayah tersebut (traveldream.com).

Kubidik pohon kurma
di halaman makam Nabi Musa AS


Alhamdulillah mama bisa turun dan berjalan pelan-pelan ke makam Nabi Musa AS karena bus kami bisa parkir di dekat gerbang masuk ke makam. Masya Allah syoorr aku melihat pohon kurma berbuah agak lebat di halaman makam Nabi Musa AS, langsung kubidik. Setelah itu aku dan mama bakodak di dekat pohon kurma. 

Aku dan mama di halaman
makam Nabi Musa AS

Mama tersenyum bahagia bisa jalan, lalu aku dan mama bakodak lagi di pintu masuk. Begitu juga ketika berziarah di ruangan dalam makam Nabi Musa AS, kami bakodak bersama.

Aku dan mama di pintu masuk
makam Nabi Musa AS

Kami berziarah ke makam Nabi Musa AS


Temptation Restaurant, Jericho
Dalam perjalanan pulang ke Jordan, kami singgah di Temptation Restaurant di Jericho. Alhamdulillah mama terlihat bahagia karena ikut turun dan rehat sambil minum jus.  

Mama bahagia rehat di
Temptation Restaurant, Jericho


Jarak tempuh dari Jericho ke perbatasan imigrasi Israel sekitar 8 km. Sambil menunggu kabar kepastian bus yang menjemput kami apakah sudah bergerak dari Jordan menuju perbatasan imigrasi Israel, Imed dan driver ikut rehat dan bakodak bersama kami para ibu soleha.

Setelah mendapat kepastian bus dari Jordan sudah berangkat untuk menjemput kami, maka sekitar pukul 7 malam kami berangkat dari Jericho menuju Jordan. 

Imed baju hitam dan driver baju kotak-kotak
bakodak bersama kami di Jericho


Alhamdulillah kami tiba dengan selamat di Hotel Alia Jordan dan langsung berkemas menuju airport Amman untuk berangkat ke Kuala Lumpur dengan pesawat Royal Jordan. Kami menginap satu malam di Kuala Lumpur dan keesokan harinya kembali ke Indonesia.

Kami di airport Kuala Lumpur

Begitulah kisah perjalanan kami yang mendebarkan dan menakjubkan ke Masjid Al-Aqsha. Ini merupakan tujuan terakhir dalam rangkaian ibadah Umrah plus Tour ke Jordan, Mesir dan Masjid Al-Aqsha selama 16 hari bersama PT. Gelora Indah Lestari Tours & Travel.

In Syaa Allah bermanfaat bagi para sanak saudara dan teman-teman. Banyak hikmah yang kudapat selama perjalanan, menyaksikan secara langsung tanda-tanda kebesaran Allah SWT dengan mengunjungi Masjid Al-Aqsha, berziarah ke makam para Nabi dan wisata religi ke tempat-tempat yang bersejarah dalam agama Islam.

Hikmah yang kupetik ketika berada di Mekkah, adalah sebagai hamba Allah yang dhoif, aku semakin yakin akan ikhtiar dan kekuatan doa bahwa janji Allah itu pasti. Tak ada yang mustahil bagi Allah, terbukti mama bisa berdiri dan berjalan pelan-pelan. 



Oleh karena itu yok guys... kita senantiasa mengingat Allah dalam keadaan susah maupun senang. 

Seperti ayat yang tertera dalam Al-Qur’an (QS 2, Al Baqarah ayat 152): “Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.” (risalahislam.com).








































3 komentar:

  1. Alhamdulillah akhirnya selesai juga blog perjalanan kami ke Masjid Al Aqsha 20 thn yll

    BalasHapus
  2. Perjalanan paniang yg melewati tempat2 yg bersejar yg mengingat masa lalu yg jelas

    BalasHapus