Kita semua tahu bahwa gempa
bumi dan Tsunami Aceh yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 menimbulkan
duka Indonesia. Dahsyatnya peristiwa Tsunami Aceh hingga kini masih menyisakan
berbagai cerita. Bagiku ini merupakan perjalanan
pertama kali ke Aceh setelah peristiwa Tsunami bersama team Medan Conference
2013 sebagai lanjutan perjalanan kami dari Sabang sebagaimana kisah sebelumnya
Sabang (Bagian Kedua). Yok guys ikuti perjalanan kami selama sehari penuh di
Banda Aceh.
Pelabuhan Balohan Sabang
Kami
berangkat dari Balohan Sabang menuju Ulee Lheue Banda Aceh naik ferry cepat sekitar 45 menit. Sebelum
berangkat aku dan sis Irna bakodak dulu di ruang tunggu dengan latar belakang
peta tourism object, tertera 09.14 am.
![]() |
Aku dan sis Irna di Balohan Sabang |
Masjid Baiturrahim Ulee
Lheue
Masjid
ini adalah salah satu masjid bersejarah di Provinsi Aceh, Indonesia. Terletak di
Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh merupakan peninggalan Sultan Aceh
pada abad ke-17. Ketika terjadi Tsunami 26 Desember 2004 telah meratakan
seluruh bangunan di sekitar masjid dan satu-satunya bangunan yang tersisa dan
selamat adalah Masjid Baiturrahim, sehingga masyarakat Aceh sangat mengagumi
masjid ini sebagai simbol kebesaran Tuhan (wikipedia.org).
![]() |
Masjid Baiturrahim |
Begitu
tiba di Pelabuhan Ulee Lheue, kami menuju Masjid Baiturrahim dan aku langsung
bakodak dari jalan agar kelihatan jelas masjidnya. Ada beberapa foto-foto peristiwa Tsunami
dipajang di masjid ini.
![]() |
Masjid Baiturrahim |
![]() |
Aku dan foto-foto Tsunami Aceh |
Kami
yang muslim melakukan shalat tahiyatul masjid dan teman-teman yang non muslim
juga boleh masuk di teras masjid dengan berpakaian sopan dan memakai
kerudung. Beberapa dari kami berfoto
sebelum meninggalkan masjid.
![]() |
Kami di Masjid Baiturrahim |
Kuburan Massal Ulee Lheue di
RSUD Meuraxa
Kuburan
massal ribuan korban bencana Tsunami 2004 berada di halaman bekas Rumah Sakit
Umum Meuraxa yang rusak parah terkena hempasan gelombang laut. Tidak ada nisan
di sana karena sulitnya mengenali korban dan terbatasnya waktu. Bangunan rumah
sakit masih terlihat dan sengaja dibiarkan apa adanya untuk mengenang peristiwa
dahsyat (disbudpar.acehprov.go.id).
![]() |
Foto Kuburan Massal Meuraxa dari dalam bus |
Terasa
pilu dan syahdu ketika kami memasuki areal kuburan massal meskipun tidak
terlihat ada nisan pada hamparan rumput hijau yang luas di halaman rumah sakit
dan terlihat lebih jelas ketika kuambil photonya dari dalam bus.
![]() |
RSUD Meuraxa rusak parah |
Kami
berkeliling melihat keadaan rumah sakit yang rusak parah dan tinggal rangka
bangunan yang berwarna hitam sebagai saksi bisu betapa dahsyatnya peristiwa
Tsunami 2004.
![]() |
Rangka bangunan saksi bisu |
Disekitar
bangunan rumah sakit juga terasa senyap dan aku membayangkan betapa tingginya terjangan
Tsunami yang menghancurkan bangunan rumah sakit ini. Kami mengambil beberapa
foto di sini dan di gerbang pintu masuk kuburan massal.
![]() |
Membayangkan tingginya terjangan Tsunami |
![]() |
Pintu masuk Kuburan Massal |
PLTD Apung
PLTD Apung terletak di Punge Blang Cut, Jaya
Baru, Banda Aceh, merupakan kapal generator listrik milik PLN di Banda
Aceh, Indonesia dan saat ini dijadikan objek wisata edukasi,
yang dikenal dengan nama "Kapal
Apung". Luas kapal ini sekitar 1.900 meter persegi, dengan
panjang mencapai 63 meter dan bobot 2.600 ton.
Sebelumnya kapal ini berada di
laut tepatnya di pelabuhan penyeberangan
Ulee Lheuh, akibat gempa bumi dan gelombang
tsunami setinggi 9 meter pada hari Minggu 26 Desember 2004 sekitar pukul 8:45 WIB kapal
ini terseret 5 km ke daratan tempat
berdirinya sekarang (wikipedia.org).
![]() |
Aku dan Indri memasuki PLTD Apung |
Subhanallah begitu melihat kapal PLTD Apung
yang sangat besar terdampar di tengah kota Banda Aceh, kami langsung bakodak
ketika berjalan memasuki areal yang luas, juga di depan prasasti informasi
tentang PLTD Apung.
![]() |
Prasasti PLTD Apung |
Melihat teman-teman sudah menaiki tangga
memasuki kapal, aku dan sis Irna juga ikut menaiki kapal mulai dari lantai
satu, berhenti melihat dari celah-celah jendela kapal keadaan ruangan tertutup
yang gelap dan ada barang-barang berserakan. Kemudian lanjut naik ke lantai dua dan bakodak
sekelak di tangga.
![]() |
Di tangga PLTD Apung |
Bahagia rasanya berhasil naik tangga sampai ke
lantai paling atas dan terlihat bendera merah putih berkibar dengan megahnya,
bakodak lagi.
![]() |
Merah Putih berkibar di lantai paling atas |
Melihat kemudi kapal aku tertarik
menggunakannya untuk bergaya, juga dengan Ali Gea yang lebih muda dari usia
anakku sebagai “barbuk” keberhasilan omak-omak naik turun tangga.
![]() |
Aku dan Ali Gea di lantai atas kapal |
Ada momen yang paling kuingat sewaktu menunggu
di dalam bus ketika akan meninggalkan PLTD Apung, aku belum melihat sis Irna. Begitu kulihat dia datang meninting dua plastik jajanan yang dibeli di pintu
masuk, aku “baper” akan dikasih satu, heee.. terpaksa nelan liur karena tanpa
basa basi menawarkan langsung sapu bersih dilahap tak bersisa rujak Aceh yang
terlalu enak untuk dibagi-bagi katanya. Begitulah kalau muncul sisi childish sis Irna dan sampai saat ini kami
terkekeh-kekeh kalau mengingat kejadian ini.
![]() |
Terlalu enak rujak Aceh ya sis Irna |
Pantai Lhoknga, Aceh Besar
Pantai Lhoknga dikenal
dengan lapangan golf hingga ke taman tepi
laut setelah Komplek Semen Andalas dan aktivitas surfing serta memancing. Khusus untuk selancar, ombak Pantai
Lhoknga yang besar dan garang telah terkenal di kalangan komunitas selancar
internasional (www.Indonesiakaya.com).
![]() |
Pantai Lhoknga |
Kami
berada di Pantai Lhoknga sekitar pukul 13.07 WIB. Di sini kami tidak mandi
hanya menikmati indahnya pantai yang cerah disinari teriknya matahari dan irama
ombak laut biru yang bergulung ke pantai, menambah keceriaan kami bakodak-kodak.
![]() |
Keceriaan kami di Pantai Lhoknga |
Pantai Lampuuk
Pantai Lampuuk terletak di Lhoknga, Aceh
Besar memiliki hamparan pasir putih yang indah dan lembut. Air lautnya sangat
jernih berwarna biru kehijauan dan ombak yang cukup besar cocok untuk berselancar.
Di sekitar Pantai Lampuuk juga
disediakan tempat-tempat jualan aneka makanan dan minuman serta penginapan yang
ekonomis semakin memanjakan para wisatawan (pedomanwisata.com).
![]() |
Pantai Lampuuk (foto Google) |
Adly
membawa kami ke Pantai Lampuuk khusus untuk menikmati seafood yang memang lezat. Kami duduk di pondok-pondok menghadap ke
laut lepas dan terasa hembusan angin yang menambah lahap santap siang kami,
sehingga bersih semua menu yang disajikan.
![]() |
Pondok Pantai Lampuuk (foto viva.co.id) |
Selesai
santap siang, kami shalat di mushola yang tersedia. Melihat jejeran pohon
cemara di depan mushola, menggodaku untuk bakodak serasa di Luar Negeri gitu
loh, hehehe...
![]() |
![]() |
Aku dan Dameria serasa di Luar Negeri |
Museum Tsunami
Museum Tsunami di Banda Aceh ini dirancang oleh
arsitek asal Bandung, Jawa
Barat, Ridwan
Kamil merupakan desain
yang memenangkan sayembara tingkat internasional yang diselenggarakan pada 2007
dalam rangka memperingati musibah Tsunami 2004. Bangunan seluas 2.500 m2
tersebut berkonsep Rumoh Aceh on Escape Hill terdiri
dari empat lantai dan dari atas atapnya membentuk gelombang laut dengan referensi
utamanya adalah nilai-nilai Islam, budaya lokal, dan abstraksi tsunami (wikipedia.org).
![]() |
Atapnya membentuk gelombang laut (foto sharealltime) |
Selain perannya sebagai tugu peringatan bagi
korban tewas, museum ini juga berguna sebagai tempat perlindungan dari bencana
semacam ini pada masa depan, termasuk "bukit pengungsian" jika
tsunami terjadi lagi (wikipedia.org).
![]() |
Museum Tsunami Aceh |
Pada salah satu ruangan yang luas diterangkan terjadinyaTsunami 2004
dan gambar-gambar yang mengekspresikan peristiwa yang dahsyat itu, aku tertarik
berfoto pada gambar perahu terdampar di atap sebuah rumah di daerah Lampulo
karena kami tidak sempat berkunjung untuk melihatnya langsung.
![]() |
Foto perahu terdampar di atas rumah |
![]() |
Sis Irna dan Adly di dalam Museum |
Waktu
kami terbatas sehingga kurang puas rasanya untuk mengamati seluruh ruangan yang
penuh dengan peristiwa Tsunami Aceh 2004. Ketika ke luar dari sebuah ruangan,
kami melewati jembatan yang di atasnya tertera puluhan bendera kecil dari 52
negara yang telah memberikan bantuan kepada para korban tsunami.
![]() |
Terlihat di atas bendera 52 negara |
Museum
Tsunami Aceh yang buka mulai pukul 09.00 – 17.00 WIB ramai dikunjungi wisatawan domestik dan asing. Sejak masuk aku sudah mau bakodak di depan tulisan
museum tapi penuh pengunjung, hee... sampai ke luar juga masih ramai.
![]() |
Museum ramai dikunjungi wisatawan |
Replika Pesawat Seulawah RI-1
Terletak di Blang Padang sebagai salah satu
tempat wisata di Banda Aceh yang cukup populer. Replika pesawat ini dibuat
untuk mengenang jasa masyarakat Aceh yang menghimpun sumbangan 20 kg emas setara SGD
120.000 untuk membeli Pesawat Dakota Seulawah RI-1 yang menjadi cikal bakal
pesawat Garuda Indonesia dan berjasa di awal pembentukan Republik Indonesia
1948.
Seulawah artinya “Gunung Emas”. Saksi bisu Pesawat Seulawah RI-001 (asli) berada di halaman Anjungan
Aceh Taman Mini Indonesia Indah sejak 1975 (kebudayaan.kemdikbud.id).
Taman tempat Replika Pesawat Seulawah RI-1
banyak dikunjungi orang untuk melihat monumen bersejarah ini dan penduduk
setempat juga melakukan olah raga jalan kaki dan lari berkeliling di taman tersebut. Sebagai ‘barbuk’
aku juga ikut bangga bakodak di bawah Replika Pesawat Seulawah RI-1.
Masjid Baiturrahman
Setelah
berkeliling seharian penuh, menjelang pulang ke Medan kami sempatkan untuk
shalat Isya di Masjid Raya Baiturrahman yang megah sebagai rasa syukur dan
mohon keselamatan dalam perjalanan. Sekitar pukul 21.30 WIB bus berangkat
kembali ke Medan dan Alhamdulillah setelah 12 jam menempuh perjalanan tiba di
kantor Adly (titik kumpul) sekitar pukul 10.00 WIB.
![]() |
Malam hari di Masjid Baiturrahman |
Inilah
kisah perjalananku bersama team Medan Conference 2013 berkunjung ke
objek wisata bahari Banda Aceh yang indah dan monumen bersejarah peristiwa Tsunami Aceh 2004 yang banyak dikunjungi para wisatawan domestik dan
mancanegara.
Khusus Masjid Raya Baiturrahman yang selamat dari terjangan Tsunami dan tetap berdiri kokoh sebagai bukti kekuasaan Allah, dijadikan icon Aceh, setelah direnovasi.
![]() |
Masjid Raya Baiturrahman icon Aceh (foto.steemit) |
Dari kunjungan ini kita belajar muhasabah diri dan semakin yakin akan
kebesaran Allah bahwa ada hikmah dibalik musibah.
Sebagaimana bunyi ayat “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” Al-Hadid/57:22 (www.dakwahtuna.com).
Alhamdulillah bisa berkunjung ke objek wisata selama sehari penuh di Banda Aceh. Adly memang paten bah
BalasHapusWaaah seru juga ya, sukses terus,.
BalasHapusJangan lupa mampir http://bit.ly/2ktB20g
Terima kasih supportnya. Sukses juga utk Barracuda Essen
BalasHapusAsyiknya ya. I belum pernah ke Aceh setelah tsunami. Dulu kerja di SAI 1 thn
BalasHapusIn Syaa Allah kita pergi bersama ya Bg. Arif
BalasHapusAsyikk juga kalau MC pergi rame-rame ya
BalasHapus