Minggu, 09 Desember 2018

LIMA HARI DI MADINAH BERSAMA YASMIRA

Umrah (Bagian Kedua)


Madinah al-Munawwarah, kota yang bercahaya merupakan ibukota dari Provinsi Madinah di Arab Saudi dan kota paling suci kedua dalam agama Islam setelah Mekkah. Dalam kota ini terdapat Masjid Nabawi tempat Rasulullah SAW dimakamkan (Wikipedia). 

Pada kisah sebelumnya Umrah (Bagian Pertama), telah kuceritakan fasilitas yang disediakan oleh PT. Yasmira Wisata Utama dan sekarang aku akan menceritakan kegiatan kami selama 5 hari di Madinah. 

Ingin tahu teman-teman apa saja kegiatan kami? Yok ikuti kisah selanjutnya bersama para jemaah keluarga besar Lubis dan Yusni Amrin.

Sebagian keluarga besar Lubis
dan Yusni Amrin


Hari Pertama (6 November 2018)
Tiba di Hotel Gloria Madinah
Kami naik bus AC dari Bandar Udara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz ke Hotel Gloria sekitar setengah jam. 

Ketika memasuki kota Madinah, mutawif membimbing kami untuk berdoa yang artinya: “Ya Allah, negeri ini adalah tanah haram RasulMu Muhammad, maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka, aman dari siksa dan buruknya hisab.” 

Alhamdulillah tiba di Hotel Gloria Madinah sekitar pukul 20.00 AST (Saudi Arabia Time).

Hotel Gloria Madinah


Shalat ke Masjid Nabawi
Jarak Hotel Gloria ke Masjid Nabawi cukup dekat sekitar 70 meter. Kami berempat (aku, sahabatku, istri abangku dan kakaknya) selesai makan malam dan berbenah, langsung menuju Masjid Nabawi. 

Dengan gaya yakin sahabatku ke luar dari hotel berjalan belok kiri dan kami bertiga mengikutinya tanpa bertanya, tapi aneh.... koq makin jauh dan tidak kelihatan masjid, lalu kakak ipar abangku berkata: “Salah ini jalannya, gak mungkin karena itu di depan sudah jalan raya.” 

Akhirnya kami balik arah, kembali melewati hotel berjalan lurus dan kelihatan lampu menara Masjid Nabawi, lalu kami masuk melalui pintu gerbang nomor 17 sebagaimana yang telah diterangkan oleh mutawif waktu di dalam bus.


 Menara Masjid Nabawi

Kami sepakat berjalan memasuki pintu masjid nomor 25 untuk melakukan shalat jamak takhir Maghrib dan Isya. 

Selesai shalat, kakak ipar abangku berkata: “Hai.. lihat pintu ke Raudhah terbuka, yok kita ke sana.”  Peluang emas tidak kami lewatkan karena jemaah perempuan terbatas waktunya untuk masuk ke Raudhah, secara bergiliran, yaitu: 07.00-09.00 AST, selesai Zuhur-15.30 AST dan selesai shalat Isya-23.30 AST. 

Alhamdulillah kami dapat berziarah ke makam Rasulullah SAW  dengan nyaman tanpa berdesak-desakan, malah ketika sedang berdoa di luar makam  Rasulullah SAW (karpet merah), seorang petugas wanita berpakaian hitam memanggil: “Hajjah..hajjah, shalat.., shalat.”  Aku berpikir, wah ini langka, kami pun bergerak dan shalat di Raudhah (karpet hijau) dengan tenang mempergunakan waktu berkunjung yang sudah hampir habis. 

Alhamdulillah bahagia tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, lenyap lelah di perjalanan dari KNO ke Madinah selama 8 jam di pesawat, kami berempat pulang ke hotel dengan langkah tegap.  Ini lah namanya rezeki omak-omak soleha.

Pintu Masjid nomor 25


Hari Kedua (7 November 2018)
Sebelum berangkat ke tanah suci, pembagian untuk membantu mendorong kursi roda tiga orang ibu (mama, adiknya, mertua abangku) sudah ditentukan dan giliran dimulai dari yang tertua abangku tanggal 7 November 2018. 

Sekitar pukul 04.00 AST aku dan suamiku menemani abangku dan abang iparnya berangkat ke Masjid Nabawi untuk shalat Subuh. Sebagai rasa bahagia dan syukur, kami bergantian bakodak di halaman Masjid Nabawi nan sahdu. 


Giliran abangku mendorong mama



Gantian bakodak


Seperti kita ketahui pintu masuk jemaah laki-laki dan perempuan dibedakan, oleh karena itu abangku hanya bisa mendorong sampai di halaman depan pintu masjid nomor 17 dan kemudian aku mendorong mama ke dalam masjid, terbayang kenangan sebelas tahun yang silam. 

Alhamdulillah di usia 80 tahun mama tercinta masih bisa umrah bersama kami. Setelah selesai shalat, kami balik ke hotel akupun langsung tertidur karena lelah.


Alhamdulillah mama umrah
di usia 80 tahun

Setelah sarapan pagi adik-adikku yang perempuan, mama dan adiknya berangkat ke Rhaudah dipandu oleh seorang mutawifah (pemandu jemaah perempuan). Aku tidak ikut dan melanjutkan tidurku. 


Menantu (istri abangku) mendorong mama

Adik bungsu, mama, adiknya dan sepupuku
dari Rhaudah

Waktu shalat dhuha sampai shalat Isya, kami semua mengerjakan ibadah di Masjid Nabawi tanpa bantuan mutawif/mutawifah.

Sekitar pukul 23.30 AST, keluarga adik ipar dari abangku dan ibu mertuanya yang berangkat dari Jakarta langsung menuju airport Madinah, tiba di hotel.

Keluarga adik ipar dan mertua abangku
berangkat dari Jakarta


Hari ketiga (8 November 2018)
Pukul 4.00 AST, giliranku dan suami mendorong mama ke masjid. Suasana subuh menggodaku untuk bakodak sekejap di pelataran Masjid Nabawi.  Selesai shalat subuh kami kembali ke hotel dan langsung sarapan pagi. 

Suasana Subuh di pelataran Masjid Nabawi

Mama dan suamiku

Sahabatku yang sudah berniat menyiapkan makanan mama, membuat teh manis hangat untuk mama dan ternyata buatan tehnya paling paten karena pernah yang lain diminta buatkan teh, ternyata mama bilang: “Gak ada lawan buatan Bibie.”  Begitu juga dengan membeli pisang karena buah-buahan yang tersedia di hotel biasanya apel dan jeruk sunkist, maka sahabatku yang membelikan. 

Oleh karena itu apa yang kita niatkan, kalau di tanah suci biasanya akan menjadi kenyataan.
Aku, mama dan sahabatku

Sesuai jadwal perjalanan umrah, selesai sarapan pagi sekitar pukul 8.00 AST kami semua sudah siap untuk melakukan city tour naik bus AC yang masih baru ke Masjid Quba, Masjid Qiblatin, Masjid Khandaq, Jabal Uhud dan Pasar Kurma. 

Kami jemaah perempuan sudah janjian semua memakai kostum warna hitam dan beberapa orang memakai jilbab seragam pemberian sahabatku.  


Kami dengan kostum hitam


Masjid Quba
Mutawif menerangkan kepada kami tentang Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW atas dasar takwa, terletak sekitar 5 km dari kota Madinah. Keutamaan shalat di Masjid Quba adalah pahalanya seperti menjalankan ibadah umrah. 


Adik laki-laki no.3 & keluarganya di Quba

Oleh karena itu ketika berhenti di Masjid Quba, kami sekaligus shalat dhuha. Selesai shalat bakodak dulu sekejap dan beberapa jemaah menyempatkan berbelanja tasbih, kurma muda, buah zuriat yang harganya lebih murah dibandingkan di toko dekat Masjid Nabawi. 

Perjalanan diteruskan ke Masjid Qiblatin, Masjid Khandaq tetapi kami tidak turun hanya lewat saja, lalu lanjut menuju Jabal Uhud. 

Aku, mama, adiknya dan sepupu
selesai shalat di Masjid Quba



Jabal Uhud
Di sini semua jamaah turun dan berfoto memakai spanduk PT. Yasmira Wisata Utama, kecuali mama dan adiknya tidak turun karena udara di luar panas, mereka tetap menunggu di bus. 

Para jamaah dengan spanduk Yasmira
di Jabal Uhud

Kesempatan bergantian para keluarga berfoto. Aku juga gak mau ketinggalan bakodak baduo dengan suami. Beberapa jemaah pergi ziarah ke makam para Syuhada di Uhud.



Aku dan suami bakodak di Uhud
Adik bungsu dan suami




Beberapa jemaah pergi ziarah ke makam para Syuhada Uhud. Alkisah akibat ketidakpatuhan pasukan pemanah turun dari bukit mengambil harta rampasan perang, maka 70 orang pasukan gugur di medan tempur termasuk sahabat Nabi Muhammad SAW, antara lain; Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi), Mush’ab bin Umair, Amru bin al-Jamuh dan Abdulah bin Amr bin Haram.


Pegang pasangannya ya...


Pasar Kurma
Dari Jabal Uhud lanjut jalan kaki ke pasar kurma. Aku, adikku tidak turun menemani mama dan adiknya di dalam bus. Aku tidak turun karena sudah membeli kurma di toko dekat jalan ke Masjid Nabawi dan sudah pernah berkunjung ke kebun kurma waktu umrah sebelas tahun yang lalu. 

Gaya adikku laki-laki di Jabal Uhud



Menurut pengalaman harga kurma dan cokelat dengan bungkus warna warni lebih murah di toko sepanjang jalan ke luar Masjid Nabawi. 

Ternyata betul para jemaah mengatakannya demikian, tetapi mereka membeli juga sebagai oleh-oleh tandanya sudah sampai ke Pasar Kurma dan berkata menghibur diri: “Kurma dan cokelat di sini lebih mahal karena pasti lebih enak.” Hehehe......mungkin juga betul.

Adikku membelikan aku sekotak cokelat kurma dan ketika tiba di Medan dimakan anakku yang sulung, dia bilang: “Masya Allah Ini cokelat paling enak loh Ma dibanding dengan cokelat yang lain.”

Pasar Kurma (foto republika.co)


Ibadah di Masjid Nabawi
Dari pasar kurma, kami kembali ke hotel dan begitu turun dari bus langsung menuju Masjid Nabawi. Alhamdulillah masih dapat shalat Zuhur walaupun ketinggalan satu rakaat dan tidak sempat masuk ke dalam masjid, hanya di pelataran masjid. Selanjutnya shalat Ashar, Maghrib dan Isya kami lakukan di dalam Masjid Nabawi. 

Alhamdulillah istri abangku bersama kakak dan adiknya serta ponakan bisa membawa ibu yang berusia 84 tahun ke Rhaudah tanpa kursi roda. Dari kami enam bersaudara kandung, hanya ibu mertua abangku (isteri dari Alm. Yusni Amrin) yang masih ada sebagai besan mama karena yang lain sudah berpulang kerahmatullah.

Besan mama usia 84 tahun bersama 
putri-putrinya dari Rhaudah 


Hari Keempat (9 November 2018)
Para jemaah bebas untuk memperbanyak ibadah dan menikmati daerah sekitar Masjid Nabawi, seperti; belanja oleh-oleh, jalan-jalan sore. 


Abangku dan iparnya jalan-jalan sore
 
Abangku dan istri tersenyum mesra,
sudah belanja oleh-oleh untuk cucu ya...



Namun demikian giliran mendorong mama dan adiknya tetap berlaku, tetapi kalau subuh aku dan mama selalu lebih cepat berangkat ke masjid dan sesekali ketemu satu sama lain di dalam masjid dari pintu nomor 17 dan so pasti bakodak.

Giliran cucu mendorong mama
putri adikku no.3


Suamiku dan kel. Yusni Amrin

Suatu subuh ketika dan mama sedang duduk di dalam masjid menunggu waktu shalat, muncul adik mama beserta putrinya. Setelah itu kami bakodak di dalam masjid yang sahdu.

Jelas sekali perbedaan saat ini dengan beberapa tahun yang lalu karena jangan coba-coba berfoto di dalam masjid, akan diambil kamera kita oleh penjaga masjid kalau ketahuan.

Namun demikian dengan perkembangan teknologi, bebas sekarang berfoto di dalam dan luar masjid memakai HP. Saat ini jarang kelihatan jemaah berfoto memakai kamera.  


Berfoto di dalam Masjid Nabawi

Sebagai   kenang-kenangan, aku  merangkum beberapa foto-foto kami keluarga besar Lubis dan Yusni Amrin,  dengan  “Movie  Maker with Music” dan ku-share (youtube Faridayuliani.Fy. Masjid Nabawi, Madinah).



Hari Kelima (10 November 2018)
Merupakan hari terakhir beribadah di Masjid Nabawi, sedih rasanya akan meninggalkan Masjid Nabawi karena setelah makan siang kami akan meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah. 

Sebelum berangkat ke masjid untuk shalat dhuha dan Zuhur jamak ke Ashar, kami berlima (aku, mama, adiknya, sepupuku dan Ibu Ros) dalam berpakaian ihram, berfoto di lobby Hotel Gloria. 

Kami di lobby Hotel Gloria

Tiba di pelataran Masjid Nabawi, melihat payung-payung terkembang indah, kami bakodak lagi. Hehehe....hobby tak bisa dibendung. 

Payung-payung terkembang indah

Kubah Masjid Nabawi
Suasana masjid masih sepi dan kami berlima shalat di bawah kubah masjid yang terbuka dan kelihatan langit biru. Selama shalat di Masjid Nabawi baru ini mendapat kesempatan melihat kubah terbuka, padahal ada beberapa kali aku dan sahabatku sengaja shalat di bawah kubah yang bisa terbuka, tetapi tidak mendapat kesempatan karena tidak semua kubah bisa terbuka dan waktunya tertentu, yaitu sekitar pukul 7.00 AST atau setelah shalat Ashar.  

Aku teringat dulu waktu berhaji tahun 1998, almarhumah Ibu Hj. Maryam berkata: “Jika melihat kubah masjid terbuka, maka berdoalah sambil menatap langit, In Syaa Allah ini termasuk salah satu tempat makbul.”  

Ketika sedang shalat dhuha, tiba-tiba cahaya agak redup, hee... ternyata kubah masjid bergeser dan tertutup. Momen ini tidak sempat kuabadikan, padahal sudah terpikir akan merekam video. Inilah namanya belum rezeki. 

Kubah yang bisa terbuka dan tertutup


Selesai shalat dhuha, datang adik-adikku dan ponakan, kami yang sudah berpakaian ihram berfoto bersama. Aku dan adikku nomor lima berfoto juga dengan anak-anak Arab yang cantik. 



Kami sudah berpakaian ihram

Setelah  shalat Zuhur, aku berdoa, In Syaa Allah kami semua bisa datang lagi untuk berumrah bersama dan mengabulkan doa-doa anakku, menantu, para sanak saudara dan teman-temanku yang ingin berumah. Aamin Yaa Rabbal Aalamin.

Aku dan adikku nomor lima bersama 
anak-anak Arab yang cantik


Miqat di Bir Ali
Perjalanan dari hotel menuju Masjid Bir Ali yang jaraknya sekitar 11 km ditempuh sekitar 20 menit. Alhamdulillah kami tiba di Bir Ali ketika adzan Ashar berkumandang, oleh karena kami sudah menjamak shalat Zuhur dan Ashar sebelum berangkat, maka di Masjid Bir Ali kami shalat sunah ihram dan niat umrah.  

Tidak sah rasanya kalau belum bakodak dan kesempatan ini kami pergunakan gantian bakodak. 


Adikku nomor lima dan keluarganya di Bir Ali

Aku dan istri abangku

Kami bersama adik mama di Bir Ali

Kami di depan pintu Masjid Bir Ali

Beberapa adik dan ponakan di Bir Ali


Setelah semua jemaah naik ke bus, mutawif memimpin niat umrah, yaitu: ”Labbaika Allaahumma Umratan."  Kemudian kami mengucapkan Talbiah secara  bersama-sama: “Labbaika Allaahumma Labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innalhamda wanni’mata laka walmuk. La syariika lak." 

Perjalanan dari Bir Ali ke Mekkah ditempuh sekitar enam jam, oleh karena itu setelah bertalbiah, mutawif mempersilakan kami untuk istirahat dan mendekati kota Mekkah, kami bertalbiah lagi. Alhamdulillah kami tiba di Mekkah sekitar pukul 21.00 AST dan bus berhenti di Villa Hilton.
Villa Hilton, Mekkah


Demikianlah gambaran singkat kegiatan kami selama lima hari di Madinah, jika ditanya semua jemaah pasti jawabannya terlalu cepat rasanya, masih ingin beribadah berlama-lama di Masjid Nabawi nan sahdu.

Seakan Rasulullah SAW hadir menjawab salam kita dan membayangkan perjuangan serta betapa cintanya Rasulullah SAW kepada kita, sampai detik-detik akhir hayatnya yang diingat hanya kita umatnya dengan bisikan ke telinga Ali: “Peliharalah shalat dan orang-orang lemah di antaramu”. lalu ucapan: “Ummatii, ummatii, ummatii.” (https://islam-institute.com). 

Foto-foto kami selama lima hari di Madinah, kurangkum dalam video dan ku-share (youtube faridayuliani.fy Madinah al-Munawarah, 6-11.11.2018).



Baiklah teman-teman, sebagai wujud cinta kita kepada Rasulullah SAW, marilah kita senantiasa bershalawat dalam setiap kesempatan: “Allahumma sholli ‘alaa Sayydinaa Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.”  

In Syaa Allah kita mendapat syafaat Rasulullah di yaumul mahsyar kelak. Aamin Yaa Rabbal Aalamin.  

Ingin tahu apa yang kami lakukan setiba di Mekkah dan kegiatan yang kami lakukan selama 5 hari di Mekkah? Sabar ya.... para sanak saudara dan teman-teman, tunggu kisah selanjutnya Umrah (Bagian Ketiga).








































3 komentar: