Umrah (Bagian Kedua)
Madinah al-Munawwarah, kota
yang bercahaya merupakan ibukota dari Provinsi Madinah di Arab Saudi dan kota
paling suci kedua dalam agama Islam setelah Mekkah. Dalam kota ini terdapat
Masjid Nabawi tempat Rasulullah SAW dimakamkan (Wikipedia).
Pada kisah
sebelumnya Umrah (Bagian Pertama), telah kuceritakan fasilitas yang
disediakan oleh PT. Yasmira Wisata Utama dan sekarang aku akan menceritakan
kegiatan kami selama 5 hari di Madinah.
Ingin tahu teman-teman apa saja
kegiatan kami? Yok ikuti kisah selanjutnya bersama para jemaah keluarga besar
Lubis dan Yusni Amrin.
![]() |
Sebagian keluarga besar Lubis dan Yusni Amrin |
Hari Pertama (6 November
2018)
Tiba di Hotel Gloria Madinah
Kami
naik bus AC dari Bandar Udara Internasional Pangeran Muhammad bin Abdul Aziz ke
Hotel Gloria sekitar setengah jam.
Ketika memasuki kota Madinah, mutawif
membimbing kami untuk berdoa yang artinya: “Ya Allah, negeri ini adalah tanah
haram RasulMu Muhammad, maka jadikanlah penjaga bagiku dari neraka, aman dari
siksa dan buruknya hisab.”
Alhamdulillah tiba di Hotel Gloria Madinah sekitar
pukul 20.00 AST (Saudi Arabia Time).
![]() |
Hotel Gloria Madinah |
Shalat ke Masjid Nabawi
Kami
sepakat berjalan memasuki pintu masjid nomor 25 untuk melakukan shalat jamak
takhir Maghrib dan Isya.
Jarak
Hotel Gloria ke Masjid Nabawi cukup dekat sekitar 70 meter. Kami berempat (aku,
sahabatku, istri abangku dan kakaknya) selesai makan malam dan berbenah,
langsung menuju Masjid Nabawi.
Dengan gaya yakin sahabatku ke luar dari hotel berjalan
belok kiri dan kami bertiga mengikutinya tanpa bertanya, tapi aneh.... koq
makin jauh dan tidak kelihatan masjid, lalu kakak ipar abangku berkata: “Salah
ini jalannya, gak mungkin karena itu di depan sudah jalan raya.”
Akhirnya kami balik
arah, kembali melewati hotel berjalan lurus dan kelihatan lampu menara Masjid Nabawi, lalu kami masuk melalui pintu
gerbang nomor 17 sebagaimana yang telah diterangkan oleh mutawif waktu di dalam bus.
![]() |
Menara Masjid Nabawi |
Selesai shalat, kakak ipar abangku berkata: “Hai..
lihat pintu ke Raudhah terbuka, yok kita ke sana.” Peluang emas tidak kami lewatkan karena
jemaah perempuan terbatas waktunya untuk masuk ke Raudhah, secara bergiliran,
yaitu: 07.00-09.00 AST, selesai Zuhur-15.30 AST dan selesai shalat Isya-23.30 AST.
Alhamdulillah kami dapat berziarah ke makam Rasulullah SAW dengan
nyaman tanpa berdesak-desakan, malah ketika sedang berdoa di luar makam Rasulullah SAW (karpet merah), seorang
petugas wanita berpakaian hitam memanggil: “Hajjah..hajjah, shalat..,
shalat.” Aku berpikir, wah ini langka,
kami pun bergerak dan shalat di Raudhah (karpet hijau) dengan tenang mempergunakan
waktu berkunjung yang sudah hampir habis.
Alhamdulillah bahagia tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata, lenyap lelah di perjalanan dari KNO ke Madinah
selama 8 jam di pesawat, kami berempat pulang ke hotel dengan langkah
tegap. Ini lah namanya rezeki omak-omak
soleha.
![]() |
Pintu Masjid nomor 25 |
Hari Kedua (7 November 2018)
Sebelum
berangkat ke tanah suci, pembagian untuk membantu mendorong kursi roda tiga orang ibu
(mama, adiknya, mertua abangku) sudah ditentukan dan giliran dimulai dari yang
tertua abangku tanggal 7 November 2018.
Sekitar pukul 04.00 AST aku dan suamiku menemani abangku dan abang iparnya berangkat ke
Masjid Nabawi untuk shalat Subuh. Sebagai rasa bahagia dan syukur, kami bergantian bakodak di halaman Masjid
Nabawi nan sahdu.
![]() |
Giliran abangku mendorong mama Gantian bakodak |
Seperti kita ketahui pintu masuk jemaah laki-laki dan perempuan dibedakan, oleh karena itu abangku hanya bisa mendorong sampai di halaman depan pintu masjid nomor 17 dan kemudian aku mendorong mama ke dalam masjid, terbayang kenangan sebelas tahun yang silam.
Alhamdulillah di usia 80 tahun mama tercinta masih bisa umrah bersama kami. Setelah selesai shalat, kami balik ke hotel akupun langsung tertidur karena lelah.
![]() |
Alhamdulillah mama umrah di usia 80 tahun |
Setelah sarapan pagi
adik-adikku yang perempuan, mama dan adiknya berangkat ke Rhaudah dipandu oleh
seorang mutawifah (pemandu jemaah perempuan). Aku tidak ikut dan melanjutkan
tidurku.
![]() |
Adik bungsu, mama, adiknya dan sepupuku dari Rhaudah |
Waktu shalat dhuha sampai
shalat Isya, kami semua mengerjakan ibadah di Masjid Nabawi tanpa bantuan
mutawif/mutawifah.
Sekitar pukul 23.30 AST,
keluarga adik ipar dari abangku dan ibu mertuanya yang berangkat dari Jakarta
langsung menuju airport Madinah, tiba di hotel.
![]() |
Keluarga adik ipar dan mertua abangku berangkat dari Jakarta |
Hari ketiga (8 November
2018)
Sahabatku yang sudah berniat menyiapkan makanan mama, membuat teh manis hangat untuk mama dan ternyata buatan tehnya paling paten karena pernah yang lain diminta buatkan teh, ternyata mama bilang: “Gak ada lawan buatan Bibie.” Begitu juga dengan membeli pisang karena buah-buahan yang tersedia di hotel biasanya apel dan jeruk sunkist, maka sahabatku yang membelikan.
Oleh karena itu apa yang kita niatkan, kalau di tanah suci biasanya akan menjadi kenyataan.
Sesuai jadwal perjalanan umrah, selesai sarapan pagi sekitar pukul 8.00 AST kami semua sudah siap untuk melakukan city tour naik bus AC yang masih baru ke Masjid Quba, Masjid Qiblatin, Masjid Khandaq, Jabal Uhud dan Pasar Kurma.
Oleh karena itu apa yang kita niatkan, kalau di tanah suci biasanya akan menjadi kenyataan.
![]() |
Aku, mama dan sahabatku |
Sesuai jadwal perjalanan umrah, selesai sarapan pagi sekitar pukul 8.00 AST kami semua sudah siap untuk melakukan city tour naik bus AC yang masih baru ke Masjid Quba, Masjid Qiblatin, Masjid Khandaq, Jabal Uhud dan Pasar Kurma.
Kami jemaah perempuan sudah janjian semua memakai kostum
warna hitam dan beberapa orang memakai jilbab seragam pemberian sahabatku.
![]() |
Kami dengan kostum hitam |
Masjid Quba
Mutawif
menerangkan kepada kami tentang Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun
oleh Rasulullah SAW atas dasar takwa, terletak sekitar 5 km dari kota Madinah.
Keutamaan shalat di Masjid Quba adalah pahalanya seperti menjalankan ibadah
umrah.
![]() |
Adik laki-laki no.3 & keluarganya di Quba |
Oleh karena itu ketika berhenti di Masjid Quba, kami sekaligus shalat dhuha. Selesai shalat bakodak dulu sekejap dan beberapa jemaah menyempatkan berbelanja tasbih, kurma muda, buah zuriat yang harganya lebih murah dibandingkan di toko dekat Masjid Nabawi.
Perjalanan diteruskan ke Masjid Qiblatin, Masjid Khandaq tetapi kami tidak turun hanya lewat saja, lalu lanjut menuju Jabal Uhud.
![]() |
Aku, mama, adiknya dan sepupu selesai shalat di Masjid Quba |
Jabal Uhud
Ternyata betul para jemaah mengatakannya demikian, tetapi mereka membeli juga sebagai oleh-oleh tandanya sudah sampai ke Pasar Kurma dan berkata menghibur diri: “Kurma dan cokelat di sini lebih mahal karena pasti lebih enak.” Hehehe......mungkin juga betul.
Adikku membelikan aku sekotak cokelat kurma dan ketika tiba di Medan dimakan anakku yang sulung, dia bilang: “Masya Allah Ini cokelat paling enak loh Ma dibanding dengan cokelat yang lain.”
Tiba di pelataran Masjid Nabawi, melihat payung-payung terkembang indah, kami bakodak lagi. Hehehe....hobby tak bisa dibendung.
Di
sini semua jamaah turun dan berfoto memakai spanduk PT. Yasmira Wisata Utama,
kecuali mama dan adiknya tidak turun karena udara di luar panas, mereka tetap
menunggu di bus.
![]() |
Para jamaah dengan spanduk Yasmira di Jabal Uhud |
Kesempatan bergantian para
keluarga berfoto. Aku juga gak mau ketinggalan bakodak baduo dengan suami. Beberapa
jemaah pergi ziarah ke makam para Syuhada di Uhud.
![]() |
Aku dan suami bakodak di Uhud |
![]() |
Adik bungsu dan suami |
Beberapa
jemaah pergi ziarah ke makam para Syuhada Uhud. Alkisah akibat ketidakpatuhan
pasukan pemanah turun dari bukit mengambil harta rampasan perang, maka 70 orang
pasukan gugur di medan tempur termasuk sahabat Nabi Muhammad SAW, antara lain;
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi), Mush’ab bin Umair, Amru bin al-Jamuh
dan Abdulah bin Amr bin Haram.
![]() |
Pegang pasangannya ya... |
Pasar Kurma
Dari
Jabal Uhud lanjut jalan kaki ke pasar kurma. Aku, adikku tidak turun menemani mama dan
adiknya di dalam bus. Aku tidak turun karena sudah membeli kurma di toko dekat
jalan ke Masjid Nabawi dan sudah pernah berkunjung ke kebun kurma waktu umrah
sebelas tahun yang lalu.
![]() |
Gaya adikku laki-laki di Jabal Uhud |
Menurut pengalaman harga kurma dan cokelat dengan bungkus warna warni lebih murah di toko sepanjang jalan ke luar Masjid Nabawi.
Ternyata betul para jemaah mengatakannya demikian, tetapi mereka membeli juga sebagai oleh-oleh tandanya sudah sampai ke Pasar Kurma dan berkata menghibur diri: “Kurma dan cokelat di sini lebih mahal karena pasti lebih enak.” Hehehe......mungkin juga betul.
Adikku membelikan aku sekotak cokelat kurma dan ketika tiba di Medan dimakan anakku yang sulung, dia bilang: “Masya Allah Ini cokelat paling enak loh Ma dibanding dengan cokelat yang lain.”
![]() |
Pasar Kurma (foto republika.co) |
Ibadah di Masjid Nabawi
Dari
pasar kurma, kami kembali ke hotel dan begitu turun dari bus langsung menuju
Masjid Nabawi. Alhamdulillah masih dapat shalat Zuhur walaupun ketinggalan satu
rakaat dan tidak sempat masuk ke dalam masjid, hanya di pelataran masjid.
Selanjutnya shalat Ashar, Maghrib dan Isya kami lakukan di dalam Masjid Nabawi.
Alhamdulillah istri abangku bersama kakak dan adiknya serta ponakan bisa
membawa ibu yang berusia 84 tahun ke Rhaudah tanpa kursi roda. Dari kami enam
bersaudara kandung, hanya ibu mertua abangku (isteri dari Alm. Yusni Amrin)
yang masih ada sebagai besan mama karena yang lain sudah berpulang kerahmatullah.
![]() |
Besan mama usia 84 tahun bersama putri-putrinya dari Rhaudah |
Hari Keempat (9 November
2018)
Para jemaah bebas untuk memperbanyak
ibadah dan menikmati daerah sekitar Masjid Nabawi, seperti; belanja oleh-oleh, jalan-jalan sore.
![]() |
Abangku dan iparnya jalan-jalan sore |
![]() |
Abangku dan istri tersenyum mesra, sudah belanja oleh-oleh untuk cucu ya... |
Namun
demikian giliran mendorong mama dan adiknya tetap berlaku, tetapi kalau subuh
aku dan mama selalu lebih cepat berangkat ke masjid dan sesekali ketemu satu
sama lain di dalam masjid dari pintu nomor 17 dan so pasti bakodak.
![]() |
Giliran cucu mendorong mama putri adikku no.3 |
![]() |
Suamiku dan kel. Yusni Amrin |
Suatu subuh ketika dan mama
sedang duduk di dalam masjid menunggu waktu shalat, muncul adik mama beserta
putrinya. Setelah itu kami bakodak di dalam masjid yang sahdu.
Jelas sekali perbedaan saat ini dengan beberapa tahun yang lalu karena jangan coba-coba berfoto di dalam masjid, akan diambil kamera kita oleh penjaga masjid kalau ketahuan.
Namun demikian dengan perkembangan teknologi, bebas sekarang berfoto di dalam dan luar masjid memakai HP. Saat ini jarang kelihatan jemaah berfoto memakai kamera.
![]() |
Berfoto di dalam Masjid Nabawi |
Sebagai kenang-kenangan, aku merangkum beberapa foto-foto kami keluarga
besar Lubis dan Yusni Amrin, dengan “Movie
Maker with Music” dan ku-share (youtube Faridayuliani.Fy. Masjid Nabawi,
Madinah).
Hari Kelima (10 November
2018)
Merupakan
hari terakhir beribadah di Masjid Nabawi, sedih rasanya akan meninggalkan
Masjid Nabawi karena setelah makan siang kami akan meninggalkan kota Madinah
menuju Mekkah.
Sebelum berangkat ke masjid untuk shalat dhuha dan Zuhur jamak
ke Ashar, kami berlima (aku, mama, adiknya, sepupuku dan Ibu Ros) dalam berpakaian
ihram, berfoto di lobby Hotel Gloria.
![]() |
Kami di lobby Hotel Gloria |
Tiba di pelataran Masjid Nabawi, melihat payung-payung terkembang indah, kami bakodak lagi. Hehehe....hobby tak bisa dibendung.
![]() |
Payung-payung terkembang indah |
Kubah Masjid Nabawi
Suasana
masjid masih sepi dan kami berlima shalat di bawah kubah masjid yang terbuka
dan kelihatan langit biru. Selama shalat di Masjid Nabawi baru ini mendapat kesempatan
melihat kubah terbuka, padahal ada beberapa kali aku dan sahabatku sengaja
shalat di bawah kubah yang bisa terbuka, tetapi tidak mendapat kesempatan
karena tidak semua kubah bisa terbuka dan waktunya tertentu, yaitu sekitar
pukul 7.00 AST atau setelah shalat Ashar.
Aku teringat dulu waktu berhaji tahun 1998, almarhumah Ibu Hj. Maryam
berkata: “Jika melihat kubah masjid terbuka, maka berdoalah sambil menatap
langit, In Syaa Allah ini termasuk salah satu tempat makbul.”
Ketika sedang shalat dhuha, tiba-tiba cahaya
agak redup, hee... ternyata kubah masjid bergeser dan tertutup. Momen ini tidak
sempat kuabadikan, padahal sudah terpikir akan merekam video. Inilah
namanya belum rezeki.
![]() |
Kubah yang bisa terbuka dan tertutup |
Selesai
shalat dhuha, datang adik-adikku dan ponakan, kami yang sudah berpakaian ihram berfoto
bersama. Aku dan adikku nomor lima berfoto juga dengan anak-anak Arab yang
cantik.
![]() |
Kami sudah berpakaian ihram |
Setelah shalat Zuhur, aku berdoa, In Syaa Allah kami
semua bisa datang lagi untuk berumrah bersama dan mengabulkan doa-doa anakku,
menantu, para sanak saudara dan teman-temanku yang ingin berumah. Aamin Yaa
Rabbal Aalamin.
![]() |
Aku dan adikku nomor lima bersama anak-anak Arab yang cantik |
Miqat di Bir Ali
Perjalanan
dari hotel menuju Masjid Bir Ali yang jaraknya sekitar 11 km ditempuh sekitar 20
menit. Alhamdulillah kami tiba di Bir Ali ketika adzan Ashar berkumandang, oleh
karena kami sudah menjamak shalat Zuhur dan Ashar sebelum berangkat, maka di
Masjid Bir Ali kami shalat sunah ihram dan niat umrah.
Tidak sah rasanya kalau belum bakodak dan
kesempatan ini kami pergunakan gantian bakodak.
![]() |
Adikku nomor lima dan keluarganya di Bir Ali |
![]() |
Aku dan istri abangku |
![]() |
Kami bersama adik mama di Bir Ali |
![]() |
Kami di depan pintu Masjid Bir Ali |
![]() |
Beberapa adik dan ponakan di Bir Ali |
Setelah semua jemaah naik ke
bus, mutawif memimpin niat umrah, yaitu: ”Labbaika Allaahumma Umratan." Kemudian kami mengucapkan Talbiah secara bersama-sama: “Labbaika Allaahumma Labbaik. Labbaika
laa syariika laka labbaik. Innalhamda wanni’mata laka walmuk. La syariika
lak."
Perjalanan
dari Bir Ali ke Mekkah ditempuh sekitar enam jam, oleh karena itu setelah
bertalbiah, mutawif mempersilakan kami untuk istirahat dan mendekati kota
Mekkah, kami bertalbiah lagi. Alhamdulillah kami tiba di Mekkah sekitar pukul
21.00 AST dan bus berhenti di Villa Hilton.
![]() |
Villa Hilton, Mekkah |
Demikianlah
gambaran singkat kegiatan kami selama lima hari di Madinah, jika ditanya semua
jemaah pasti jawabannya terlalu cepat rasanya, masih ingin beribadah
berlama-lama di Masjid Nabawi nan sahdu.
Seakan Rasulullah SAW hadir menjawab
salam kita dan membayangkan perjuangan serta betapa cintanya Rasulullah SAW
kepada kita, sampai detik-detik akhir hayatnya yang diingat hanya kita umatnya
dengan bisikan ke telinga Ali: “Peliharalah shalat dan orang-orang lemah di
antaramu”. lalu ucapan: “Ummatii, ummatii, ummatii.” (https://islam-institute.com).
Foto-foto kami selama lima hari di Madinah, kurangkum dalam video dan ku-share (youtube faridayuliani.fy Madinah al-Munawarah, 6-11.11.2018).
Baiklah
teman-teman, sebagai wujud cinta kita kepada Rasulullah SAW, marilah kita
senantiasa bershalawat dalam setiap kesempatan: “Allahumma sholli ‘alaa Sayydinaa
Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.”
In Syaa Allah kita mendapat syafaat Rasulullah di yaumul mahsyar kelak.
Aamin Yaa Rabbal Aalamin.
Ingin tahu apa
yang kami lakukan setiba di Mekkah dan kegiatan yang kami lakukan selama 5 hari
di Mekkah? Sabar ya.... para sanak saudara dan teman-teman, tunggu kisah
selanjutnya Umrah (Bagian Ketiga).
In Syaa Allah bisa umrah bersama lagi pada bulan Ramadhan. Aamiin Yaa Rabbal Aalamin
BalasHapusAamiin Yaa Rabbal Aalamin
BalasHapusAamiin yra
BalasHapus