Pendapat Dr. Renee Spencer,
seorang psikolog spesialisasi pada anak-anak dari Harvard
University bahwa anak-anak usia 3-7 tahun cenderung lebih mengingat hal-hal
yang menjadi rutinitas hingga dewasa dan
pada usia 7-10 tahun, bagian hippocampus pada
otak yang berfungsi memproses memori jangka panjang semakin berkembang,
sehingga memori yang paling berkesan akan terus menempel di otak anak hingga
dewasa.
Hal ini terbukti
kebenarannya sebagaimana kejadian yang kami alami berdua (aku dan abangku)
ketika berkunjung ke suatu tempat. Ingin tahu kenangan indah apa yang kami
alami? Yok ikuti kisah perjalanan kami.
Teluk Dalam![]() |
Yok... ikuti kisah perjalanan kami |
Teluk
Dalam adalah sebuah desa di Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan, Sumatera
Utara, Indonesia. Sekitar tahun 1960 papa kami bertugas sebagai Administratur Perkebunan di Kebun Karetia, Teluk Dalam.
Kalau sekarang sama dengan jabatan Manager
Perkebunan.
Alkisah papa yang merintis hutan dengan menanam karet, sehingga kebunnya bernama Karetia. Sekarang namanya PT. Padasa Enam Utama, dan ditanami dengan kelapa sawit. Aku dan Bang Herman Lubis mempunyai kenangan indah ketika masa kanak-kanak (aku berusia 4-7 tahun dan Bang Herman 5-8 tahun) di rumah Teluk Dalam.
Alkisah papa yang merintis hutan dengan menanam karet, sehingga kebunnya bernama Karetia. Sekarang namanya PT. Padasa Enam Utama, dan ditanami dengan kelapa sawit. Aku dan Bang Herman Lubis mempunyai kenangan indah ketika masa kanak-kanak (aku berusia 4-7 tahun dan Bang Herman 5-8 tahun) di rumah Teluk Dalam.
Impian menjadi kenyataan
Kami
enam bersaudara dan adikku laki-laki nomor tiga (Hendra) mewarisi keahlian papa,
bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Suatu hari dia bercerita kalau
kawannya Bpk. Rudy sekarang menjadi Manager
Perkebunan PT. Padasa Enam Utama, Kebun Teluk Dalam.
Mendengar nama Teluk Dalam, bayangan masa kanak-kanak yang indah bersama Bang Herman menari-nari di pelupuk mataku. Aku pun meminta agar Hendra membawa kami jalan-jalan ke Teluk Dalam. Rencananya kami akan menginap, tetapi berhubung sesuatu hal maka rencana “gatot” karena Bpk. Rudy sudah pensiun, aku pun kecewa.
Namun beberapa bulan kemudian, Hendra memberi harapan lagi, bisa ke Teluk Dalam tetapi tidak menginap karena dia tidak kenal dengan Manager yang baru yaitu Bpk. Girsang. Akupun semangat meskipun tidak menginap, yang penting atas rekomendasi Bpk. Rudy, kami bisa berkunjung melihat rumah masa kanak-kanak yang berkesan.
Mendengar nama Teluk Dalam, bayangan masa kanak-kanak yang indah bersama Bang Herman menari-nari di pelupuk mataku. Aku pun meminta agar Hendra membawa kami jalan-jalan ke Teluk Dalam. Rencananya kami akan menginap, tetapi berhubung sesuatu hal maka rencana “gatot” karena Bpk. Rudy sudah pensiun, aku pun kecewa.
Namun beberapa bulan kemudian, Hendra memberi harapan lagi, bisa ke Teluk Dalam tetapi tidak menginap karena dia tidak kenal dengan Manager yang baru yaitu Bpk. Girsang. Akupun semangat meskipun tidak menginap, yang penting atas rekomendasi Bpk. Rudy, kami bisa berkunjung melihat rumah masa kanak-kanak yang berkesan.
Pendek cerita, tanggal 4 Juli 2018 kami lima bersaudara, ponakan dan mama berangkat menaiki mobil Hiace milik adikku nomor lima (Elly Lubis) yang kebetulan tidak ikut. Sangkin semangatnya, pukul 7.00 WIB kami sudah berangkat dari Medan.
![]() |
Kami berangkat naik mobil Hiace |
Memasuki Kebun Teluk Dalam
Alhamdulillah,
sekitar pukul 15.00 WIB kami tiba di Teluk Dalam dan memasuki kebun sawit, PT.
Padasa Enam Utama. Setelah Hendra melapor pada Security dan menanyakan rumah Manager
Perkebunan, mobil pun melaju menuju rumah Manager.
Hendra meminta aku yang minta izin kepada istri Pak Girsang untuk melihat rumah
masa kanak-kanak kami dulu yang sekarang katanya sudah dibuat menjadi mess.
Aku dan tiga orang adikku (Rina, Suci dan Mega) turun untuk meminta izin. Sambil bercerita maksud kedatangan kami kepada Ibu Girsang di ruang tamu, aku memperhatikan sekeliling, “koq seperti kukenal ya tempat ini”. Setelah mendapat izin, kamipun pamit menuju rumah yang ditunjuk oleh Security.
Aku dan tiga orang adikku (Rina, Suci dan Mega) turun untuk meminta izin. Sambil bercerita maksud kedatangan kami kepada Ibu Girsang di ruang tamu, aku memperhatikan sekeliling, “koq seperti kukenal ya tempat ini”. Setelah mendapat izin, kamipun pamit menuju rumah yang ditunjuk oleh Security.
Ingatan Masa Kanak-kanak
Mobil
berhenti di mess karyawan, namun aku
enggan turun dan melihat dari kaca jendela mobil saja karena aku yakin bukan
rumah masa kanak-kanak kami, tetapi Hendra bilang: “Ini rumahnya kak, sudah
direnovasi jadi mess”, namun aku
tidak percaya. Bang Herman turun untuk
memastikan dan meminta izin melihat suasana di dalam rumah, setelah ke luar dia
pun berkata: “Bukan ini rumahnya”.
Akhirnya aku berkeras meminta kembali lagi ke rumah Manager (Bpk. Girsang), karena aku tadi merasa kenal dan ingat dengan ruang tamu, pintu dan jendela yang tinggi, juga jalan masuk melewati sungai kecil, lalu mendaki menuju rumah di atas bukit meskipun tidak ada lagi pohon kelapa di kiri dan kanan jalan.
![]() |
Jalan mendaki dan rumah di atas bukit |
![]() |
Dari mess kembali ke rumah Pak Manager |
Hendra segan masuk tetapi aku dengan semangat turun dan mengetuk pintu. Alhamdulillah Ibu Girsang baik hati mempersilakan masuk dan percaya mendengarkan ceritaku bahwa bukan mess itu rumah yang kami cari tetapi rumah yang ditempati Bu Girsang adalah rumah masa kanak-kanak kami dan aku minta izin melihat ruangan dalam untuk memastikan.
Ketika Bang Herman dan mama masuk, mereka spontan berkata: “Iya ini betul rumahnya”. Ingatan masa kanak-kanak kami berdua dan kesaksian mama merupakan bukti yang nyata.
![]() |
Rumah masa kanak-kanak |
Berkeliling rumah
Melihat aku, Bang Herman dan mama yang bersemangat, Ibu Girsang pun bahagia mempersilakan aku yang ingin berkeliling mengambil video ruangan-ruangan yang mempunyai kenangan indah masa kanak-kanak, mulai dari ruang tamu, ruang makan, teras sampai kamar tidur dan bahagian belakang yang terpisah oleh lorong dari rumah induk.(youtube faridayuliani.fy/Teluk Dalam House).
Ruang Tamu
Melihat aku, Bang Herman dan mama yang bersemangat, Ibu Girsang pun bahagia mempersilakan aku yang ingin berkeliling mengambil video ruangan-ruangan yang mempunyai kenangan indah masa kanak-kanak, mulai dari ruang tamu, ruang makan, teras sampai kamar tidur dan bahagian belakang yang terpisah oleh lorong dari rumah induk.(youtube faridayuliani.fy/Teluk Dalam House).
Ruang Tamu
Masih
jelas terbayang dalam ingatan ada dua set kursi di ruang tamu, meskipun lima
puluh lima tahun telah berlalu dan pada saat itu aku masih berusia lima tahun,
kalau ada tamu dan melihat aku dan Bang Herman, maka akan berkomentar: “Abangnya
putih, tetapi adiknya agak hitam ya, seperti papanya”.
Mendengar itu, aku sembunyi di balik kursi dan ketika tamu itu ke belakang, kuminum sampai habis minumannya dan ketika dia kembali ke tempat duduknya, dia pun heran melihat minumannya habis. Dari dalam kamar dekat ruang tamu aku tertawa kesenangan karena tadi dia mengejekku, hehehe.... ternyata indah untuk dikenang dan menempel di otakku sampat saat ini.
Mendengar itu, aku sembunyi di balik kursi dan ketika tamu itu ke belakang, kuminum sampai habis minumannya dan ketika dia kembali ke tempat duduknya, dia pun heran melihat minumannya habis. Dari dalam kamar dekat ruang tamu aku tertawa kesenangan karena tadi dia mengejekku, hehehe.... ternyata indah untuk dikenang dan menempel di otakku sampat saat ini.
![]() |
Terbayang kenangan indah di ruang tamu |
Ruang Makan
Mama dan adik-adik bercerita di ruang makan dengan Ibu Girsang, ketika aku merekam video dan Nina istri Bang Herman mengambil foto-foto kami. Ingatanku kembali ke masa lalu, di ruang makan juga ada dua set meja dan enam kursi makan.
Yang paling berkesan adalah terbayang ketika aku naik memakai kursi untuk mengambil “coklat muisjes” dalam kaleng di lemari makan, makanan kesukaan kami berdua dengan Bang Herman.
Mama dan adik-adik bercerita di ruang makan dengan Ibu Girsang, ketika aku merekam video dan Nina istri Bang Herman mengambil foto-foto kami. Ingatanku kembali ke masa lalu, di ruang makan juga ada dua set meja dan enam kursi makan.
Yang paling berkesan adalah terbayang ketika aku naik memakai kursi untuk mengambil “coklat muisjes” dalam kaleng di lemari makan, makanan kesukaan kami berdua dengan Bang Herman.
![]() |
Aku dan Bg. Herman di ruang makan |
Kamar Tidur Tamu Anak
Dari
ruang makan kami masuk ke kamar tidur tamu anak, aku bertanya kepada Bang
Herman: “Abang ingat dulu kita bermain dokter-dokteran?”, dia tertawa karena
selalu membodohi aku dengan menjadi pasien dan aku menjadi dokter, lalu bolak
balik dia minta obat yaitu “coklat muisjes” yang kuambil dari dalam lemari.
Bodohnya aku waktu anak-anak ya?, namun indah untuk dikenang.
Kamar Tidur Anak
Kamar
tidur ada empat, dua di sebelah kiri terdiri dari kamar tidur utama dan anak, lalu dua kamar tidur tamu di sebelah kanan. Aku
mengajak mama bakodak di depan jendela kamar tidur anak yang tingginya sekitar 2,5
meter, masih seperti dulu hanya sekarang memakai jerajak. Teringat dulu aku dan
Bang Herman bermain-main, loncat dari jendela karena tidak berjerajak.
![]() |
Aku dan mama di depan jendela yang sekarang berjerajak |
Kamar Tidur Tamu Utama
Terekam
jelas dalam ingatan, ketika aku dan Bang Herman masuk ke kamar tidur tamu,
dahulu di ruangan ini terdapat tempat tidur enam kaki dan ada satu buah lemari
obat ukuran dua pintu. Aku teringat
kalau kami sakit demam, akan datang Mantri ke rumah untuk menyuntik, kecuali
perlu opname, maka akan dikirim ke R.S. Katarina, Kisaran.
![]() |
Gaya kami bercerita tentang lemari obat |
Sekarang
tidak ada lagi tempat tidur karena sudah menjadi ruangan kerja Bpk. Girsang dan
sebagai kenang-kenangan kami bakodak lagi dengan berbagai gaya, juga di depan pintu
besar yang tingginya sekitar tiga meter menuju teras samping.
Dari
kamar tidur tamu kami bergerak ke teras samping dan melihat ada bapak mertua Bu
Girsang sedang duduk rehat minum teh. Kami pun bersalaman dan bercerita
sebentar sambil duduk-duduk.
Terbayang lagi ke masa lalu ketika aku dan mama duduk di teras, lalu aku mengutip bunga-bunga kamboja warna merah jambu yang berjatuhan di tanah dan menggosok tumit kaki mama, tetapi sekarang tidak ada lagi pohon bunga kamboja di depan teras.
Terbayang lagi ke masa lalu ketika aku dan mama duduk di teras, lalu aku mengutip bunga-bunga kamboja warna merah jambu yang berjatuhan di tanah dan menggosok tumit kaki mama, tetapi sekarang tidak ada lagi pohon bunga kamboja di depan teras.
![]() |
Terbayang ketika menggosok tumit mama dengan bunga kamboja di teras samping |
Halaman luas
Aku
memandang ke halaman yang luas, dahulu ditumbuhi banyak pohon-pohon dan yang
kuingat adalah pohon jambu klutuk, asam (lime),
bunga raya, anggrek kalajengking, bunga mawar.
Teringat
dulu ada tukang kebun, aku memanggilnya “wak Rustam” dan yang paling berkesan
kalau dia sedang istirahat di bawah pohon membuka rantang makan siang, aku
mendatanginya tanpa sepengetahuan mama dan aku ikut makan di tutup rantang
dengan lauknya tumis kacang panjang dan sambal ikan asin, hehehe.... congoknya
aku ya?
![]() |
Berkesan mengenang makan di tutup rantang |
Ruangan belakang
Ruangan belakang terpisah oleh lorong dari rumah induk.
Masih seperti yang dulu, ada dapur, gudang, kamar tidur asisten rumah tangga, teringat
akan Bik Giyem dan Wak Noyo (pasutri) kalau berantam, kejar-kejaran pakai kayu bakar
untuk memasak.
Di belakang dapur dulu ada pohon arbei, kami suka memetik dan langsung memakan buahnya yang sudah masak hitam warnanya dan manis. Ada juga pohon kedondong, kami memakannya tanpa dikupas tetapi menjepitnya di pintu.
Di belakang dapur dulu ada pohon arbei, kami suka memetik dan langsung memakan buahnya yang sudah masak hitam warnanya dan manis. Ada juga pohon kedondong, kami memakannya tanpa dikupas tetapi menjepitnya di pintu.
![]() |
Lorong menuju ruang belakang |
Terbayang
di halaman depan gudang, ada seekor anjing dirantai untuk menjaga rumah, Bang
Herman dulu pernah digigit anjing karena anjingnya tidak mau makan, lalu Bang
Herman menyepak piring kaleng tempat makannya. Terlintas juga dalam ingatan, di
samping kanan halaman belakang ada jalan pintas menuju kantor papa.
![]() |
Masih ada tangki air di tempat yang sama |
Garasi, Mobil Plymouth
Terpisah
dari ruangan belakang, aku melihat garasi mobil dan terbayang mobil Plymouth warna hijau muda yang dipakai
untuk mengantar dan menjemput kami ke sekolah taman kanak-kanak di Sei Dadap,
Kisaran.
Sekitar enam bulan yang lalu, Bang Herman sengaja berfoto dengan mobil Plymouth warna hijau di Museum Angkut, Batu, Malang dan mengupload fotonya di facebook, lalu mengirimkannya kepada kami untuk menguatkan agar bisa bernostalgia ke Teluk Dalam.
Sekitar enam bulan yang lalu, Bang Herman sengaja berfoto dengan mobil Plymouth warna hijau di Museum Angkut, Batu, Malang dan mengupload fotonya di facebook, lalu mengirimkannya kepada kami untuk menguatkan agar bisa bernostalgia ke Teluk Dalam.
![]() |
Bg. Herman dengan mobil Plymouth di Museum Angkut |
Mobil Land Rover
Begitu
juga dengan mobil dinas papa yaitu mobil Land
Rover yang mengantarkan aku sampai di Kisaran kalau selesai liburan sekolah,
lalu dititip ke kawan papa yang akan pulang ke Medan.
Sejak
tahun 1964 aku dan Bang Herman pindah ke Medan karena masuk SD di Methodist,
Hang Tuah Medan, tinggal bersama nenek di Jalan Babura, Medan. Kami pulang ke
Teluk Dalam, kalau liburan sekolah saja. Tahun 1965 papa dan kami semua pindah
ke Medan akibat suasana rusuh G30S PKI.
![]() |
Mobil Land Rover (foto cintamobil.com) |
Mama dan Bu Girsang
Selesai
berkeliling dari muka sampai ke belakang, kami pun pamit dan mengajak Bu Girsang
untuk berfoto bersama di tangga pintu masuk ruang tamu. Mama dan Bu Girsang
juga berfoto berdua, istri Manager
“zadul” dan “zaman now”.
Kolam besar dan bunga
teratai
Ketika
memandang ke halaman depan aku terbayang dan berkata kepada mereka: “Dulu di
situ ada kolam besar dan bunga teratai, kemudian Bang Herman bilang: “ Di kiri
dan kanan kolam ada patung singa”. Sekarang tidak ada lagi kolam teratainya.
![]() |
Terbayang kolam teratai (foto ilmubudidaya.com) |
![]() |
Tempat Hendra dan keluarga berfoto bekas kolam teratai |
Pohon saga
Aku
terkenang juga dengan “pohon saga” di halaman depan samping kanan yang
mengingatkan bagaimana senangnya aku mengutip buah saga warna merah yang
berserakan di halaman.
![]() |
Buah saga (foto shopee.co.id) |
Pohon karet dan buah para
Sekitar
tujuh meter dari pohon saga, terdapat kebun karet. Aku dan Bang Herman suka
bermain-main di kebun karet, mengutip buah para. Begitu juga kami memetik jamur
yang tumbuh di pohon karet yang tumbang. Seingatku mama memasaknya dan enak
rasanya.
Masya
Allah, semua yang berkesan di masa kanak-kanak, terbayang indah dan melintas bagaikan
menonton film sepuluh episode,
hehehe......
![]() |
Ini loh buah para (foto biji.org) |
![]() |
Pohon karet (foto kompasiana.com) |
Alhamdulillah
sangat bahagia bisa napak tilas setelah 55 tahun kemudian atas jasa adik kami
yang mempunyai link pertemanan yang
bagus di Perkebunan Sawit. Terima kasih banyak dik Hendra yang telah membawa kami
bernostalgia ke rumah masa kanak-kanak di Teluk Dalam. Semuanya membangkitkan
kenangan indah dan membekas sampai saat ini.
![]() |
Kami sangat bahagia bisa napak tilas |
Hal yang kami alami di atas sesuai dengan “pendapat Dr. Renee Spencer" dan diperkuat oleh penemuan para peneliti bahwa manusia cenderung melihat peristiwa masa lalu dengan kacamata serba indah dan menyenangkan yang berpengaruh positif pada emosi serta bagus untuk kesehatan (Psikolog Timothy Ritchie dan rekan-rekannya).
Jazakallah khayran dek Hendra yg telah membawa kami bernostalgia ke Kebun Teluk Dalam
BalasHapusKenangan masa kecil, rumah dikaki bukit,55 tahun penantian yang panjang bisa napak tilas kemari.
HapusAlhamdulillah ya Bang..Bahagianya rumahnya masih seperti dulu, hanya sedikit saja perubahan, kuat dan kokoh bangunan zaman Belanda ya
HapusTerima kasih Bu Girsang yg.telah berbaik hati mengizinkan kami berkeliling di rumah masa.kanak2 yg mempunyai kenangan indah. Juga Pak Girsang Manager Kebun Teluk Dalam, PT. Padasa Enam Utama, meskipun.kami belum kenal
BalasHapusJazakillah khayran sis Irna Minauli, Psikolog andal yang pakar mengoreksi tulisan agar menjadi lebih bagus.
BalasHapusTernyata PT. Padasa Enam Utama adalah salah satu perusahaan yg bekerjasama dengan Minauli Consulting. Tempat aku bekerja saat ini.
BalasHapus