Minggu, 31 Mei 2020

HIKMAH 'STAY AT HOME' BAGIKU


Sewaktu Wuhan dilanda virus corona pada akhir Desember 2019, tak pernah terbayangkan kalau negara kita tercinta juga akan mengalami nasib yang sama, bahkan melanda dunia.

Pada tanggal 11 Maret 2020 WHO mengumumkan status pandemi global untuk penyakit virus corona 2019 (covid-19) dan sejak 20 Maret 2020, mulai keluar peraturan pemerintah Indonesia untuk ‘stay at home’.

Sehubungan dengan situasi dan kondisi, kita harus mematuhi peraturan tersebut. Aku menyikapinya dengan positif dan mengambil hikmahnya. Ingin tahu hikmah ‘stay at home’ bagiku?  Yok ikuti kisahku.


Kue Lebaran

Sejak aku masih remaja setiap lebaran ikut membantu tante dan nenekku dari papa membuat kue lebaran. Setelah menikah, aku tetap membuat kue lebaran sendiri melihat resep warisan dari nenek. Namun demikian sejak kuliah tahun 2006, aku tidak pernah lagi membuat kue lebaran karena sudah letih kuliah sehabis jam kantor dan pulang ke rumah pukul 10 malam. 


Stay at home
Setelah sebulan lebih seminggu berdiam di rumah, Soraya menantuku yang selama ini bisnis kue online, ingin belajar membuat kue nastar. Aku sebenarnya malas, tapi prinsip hidupku adalah bermanfaat bagi orang lain dan ilmu harus dibagi. Akhirnya kami belanja bahan kue dan hari itu merupakan hari pertama aku ke luar rumah.





Kue nastar jadul
Satu minggu menjalani puasa Ramadhan, aku mengajak menantuku untuk membuat kue nastar, tapi dia juga sibuk membuat kue pesanan online. Alhasil aku sendiri yang membuatnya. Seperti biasanya aku membuat kue nastar bentuk daun yang ukurannya besar dan Yoga anak sohibku paling suka makan kue nastar buatanku. Anak dan menantuku protes: “Enggak cocok lagi model kayak gitu Ma, besar kali, sekarang modelnya bulat-bulat kecil”.

Aku enggak peduli dan tetap membuatnya sesuai seleraku. Begitu berbuka puasa, mereka mencobanya dan protes lagi: “Betul kan kami bilang, besar kali, makan satu aja udah eneg rasanya”.

Nastar jadul

Kue nastar kekinian
Akibat lebih banyak yang protes, aku jadi berpikir untuk mencoba kue nastar kekinian sesuai selera anak milenial dengan bentuk bulat-bulat. Ketika berbuka puasa, mereka mencobanya dan komentar: “Nah ini baru cocok dan pas makannya, enggak eneg, udah bisa dijual”. 

Percobaan pertama, aku memberikan dua kotak nastar untuk Dharma ponakan dari suamiku dan sebagai balasannya dia kuminta membayar butter yang biasanya dibelikannya, tanpa diminta.

Nastar percobaan pertama


Upload Nastar di FB dan IG
Nastar kekinian difoto anakku, kemudian ku-upload di FB dan IG, serta menawarkan pesanan. Alhamdulillah pembeli pertama adalah sis Irna Minauli, Psikolog (Direktur Minauli Consulting) memesan empat kotak dan sekaligus ikut mempromosikan, meskipun belum pernah merasakan nastar buatanku.



Setelah itu menyusul beberapa pembeli kenalan dekatku dan yang paling unik, satu orang temanku mantan PT. SMART Tbk memesan, padahal rumahnya jauh di daerah Tembung datang khusus mengambilnya.

Nastar kekinian


Alhamdulillah sis Irna juga berkomentar positif via WhatsApp ketika mencoba nastar kekinian pada hari pertama lebaran.




Kue Salju
Aku membuat kue salju karena anakku Ozak suka, begitu juga Lia ponakanku. Nita juga memesan dua kotak kue salju dan dua kotak nastar, sebelum kupromosikan di FB dan IG.

Kue salju




Sagon bakar jadul
Sewaktu membuat sagon bakar kesukaan suamiku dan adikku Nita.  Anak-anakku ketawa karena enggak pernah makan kue jadul. Ternyata seminggu sebelum lebaran, adikku Hendra mau membeli kue buatanku dan pilihan utamanya adalah sagon bakar.

Sagon bakar jadul

Alhamdulillah sis Irna yang kuminta menjadi tester, juga suka dengan sagon bakar jadul.



Begitu juga mama dan Suci adikku suka sagon bakar, mama ketawa kesenangan mencicipi kue-kue jadul buatanku di hari kedua lebaran.

Aku, mama dan Suci
di hari kedua lebaran


Kue bawang jadul
Kue bawang buatanku juga jadul karena membuatnya enggak pakai cetakan, sehingga menantuku heran melihat bentuknya. Sangkin penasaran, berbuka puasa dia merasakan kue bawang dan Alhamdulillah syoorrr dia menyantapnya.

Kue bawang jadul


Ponakanku Fifah juga suka makan kue bawang jadul dan Dedek ponakan suamiku minta dibawakan pulang, untung ada persediaan. Pada hari kedua lebaran, toples kue bawang jadul tinggal  separuh dan hari ketiga lebaran tuntas, Kiki anakku minta agar aku membuat lagi kue bawang jadul. Hahaha.... Alhamdulillah ternyata anak milenial juga suka kue jadul ya.


Sagon bakar dan kue bawang jadul


Kastengel dan Kue coklat chip
Sebagai pelengkap meja tamu, aku juga membuat kastengel dan kue coklat chip. Berhubung pandemi covid-19, tamunya cuman keluarga inti  yang bolak-balik makan kue lebaran. 

Kastengel

Kue coklat chip

Kolang kaling
Kolang kaling merupakan menu tetap yang kubuat setiap lebaran. Dua minggu sebelum lebaran Lita yang sudah seperti adikku, pesan minta dibuatkan kolang kaling. Berhubung masa pandemi covid-19, belum ada jualan kolang kaling mentah di Pasar Setia Budi Tanjung Rejo, padahal biasanya sudah ramai yang jualan.

Alhamdulillah akhirnya dapat juga kolang kaling mentah di Pasar Pringgan Medan Baru. Aku membuat kolang kaling tiga warna: putih rasa lychee, hijau rasa melon dan pink rasa sirup Kurnia.

Rasa lychee

Rasa melon


Rasa sirup Kurnia


Begitulah hikmah ‘stay at home’ bagiku, mengulang kembali membuat kue lebaran yang hampir 14 tahun kutinggalkan.  Alhasil terpikir untuk mulai bisnis kecil-kecilan kue kering jadul, jika ada yang berminat memesan kapan saja, meskipun bukan saat lebaran.  


Pelajaran yang kupetik adalah tidak ada kata tua dan berhenti berbuat sesuatu yang bermanfaat dalam hidup ini. Rasulullah SAW, bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).