Sewaktu Wuhan dilanda virus
corona pada akhir Desember 2019, tak pernah terbayangkan kalau negara kita
tercinta juga akan mengalami nasib yang sama, bahkan melanda dunia.
Pada tanggal 11 Maret 2020
WHO mengumumkan status pandemi global untuk penyakit virus corona 2019
(covid-19) dan sejak 20 Maret 2020, mulai keluar peraturan pemerintah Indonesia
untuk ‘stay at home’.
Sehubungan dengan situasi
dan kondisi, kita harus mematuhi peraturan tersebut. Aku menyikapinya dengan
positif dan mengambil hikmahnya. Ingin tahu hikmah ‘stay at home’ bagiku? Yok
ikuti kisahku.
Kue Lebaran
Sejak
aku masih remaja setiap lebaran ikut membantu tante dan nenekku dari papa membuat
kue lebaran. Setelah menikah, aku tetap membuat kue lebaran sendiri melihat
resep warisan dari nenek. Namun demikian sejak kuliah tahun 2006, aku tidak
pernah lagi membuat kue lebaran karena sudah letih kuliah sehabis jam kantor
dan pulang ke rumah pukul 10 malam.
Stay
at home
Setelah
sebulan lebih seminggu berdiam di rumah, Soraya menantuku yang selama ini bisnis kue
online, ingin belajar membuat kue nastar. Aku sebenarnya malas, tapi prinsip
hidupku adalah bermanfaat bagi orang lain dan ilmu harus dibagi. Akhirnya kami
belanja bahan kue dan hari itu merupakan hari pertama aku ke luar rumah.
Kue nastar jadul
Satu
minggu menjalani puasa Ramadhan, aku mengajak menantuku untuk membuat kue
nastar, tapi dia juga sibuk membuat kue pesanan online. Alhasil aku sendiri
yang membuatnya. Seperti biasanya aku membuat kue nastar bentuk daun yang
ukurannya besar dan Yoga anak sohibku paling suka makan kue nastar buatanku. Anak
dan menantuku protes: “Enggak cocok lagi model kayak gitu Ma, besar kali,
sekarang modelnya bulat-bulat kecil”.
Aku
enggak peduli dan tetap membuatnya sesuai seleraku. Begitu berbuka puasa,
mereka mencobanya dan protes lagi: “Betul kan kami bilang, besar kali, makan
satu aja udah eneg rasanya”.
 |
Nastar jadul |
Kue nastar kekinian
Akibat
lebih banyak yang protes, aku jadi berpikir untuk mencoba kue nastar kekinian
sesuai selera anak milenial dengan bentuk bulat-bulat. Ketika berbuka puasa,
mereka mencobanya dan komentar: “Nah ini baru cocok dan pas makannya, enggak
eneg, udah bisa dijual”.
Percobaan
pertama, aku memberikan dua kotak nastar untuk Dharma ponakan dari suamiku dan sebagai
balasannya dia kuminta membayar butter
yang biasanya dibelikannya, tanpa diminta.
 |
Nastar percobaan pertama |
Upload
Nastar di FB dan IG
Nastar
kekinian difoto anakku, kemudian ku-upload di FB dan IG, serta menawarkan
pesanan. Alhamdulillah pembeli pertama adalah sis Irna Minauli, Psikolog (Direktur Minauli Consulting) memesan empat kotak
dan sekaligus ikut mempromosikan, meskipun belum pernah merasakan nastar
buatanku.
Setelah
itu menyusul beberapa pembeli kenalan dekatku dan yang paling unik, satu orang
temanku mantan PT. SMART Tbk memesan, padahal rumahnya jauh di daerah Tembung
datang khusus mengambilnya.
 |
Nastar kekinian |
Alhamdulillah
sis Irna juga berkomentar positif via WhatsApp ketika mencoba nastar kekinian
pada hari pertama lebaran.
Kue Salju
Aku
membuat kue salju karena anakku Ozak suka, begitu juga Lia ponakanku. Nita juga
memesan dua kotak kue salju dan dua kotak nastar, sebelum kupromosikan di FB dan IG.
Kue salju
Sagon bakar jadul
Sewaktu
membuat sagon bakar kesukaan suamiku dan adikku Nita. Anak-anakku ketawa karena enggak pernah makan
kue jadul. Ternyata seminggu sebelum lebaran, adikku Hendra mau membeli kue
buatanku dan pilihan utamanya adalah sagon bakar.
 |
Sagon bakar jadul |
Alhamdulillah
sis Irna yang kuminta menjadi tester, juga suka dengan sagon bakar jadul.
Begitu juga mama dan Suci adikku suka sagon bakar, mama ketawa kesenangan mencicipi
kue-kue jadul buatanku di hari kedua lebaran.
 |
Aku, mama dan Suci di hari kedua lebaran |
Kue bawang jadul
Kue
bawang buatanku juga jadul karena membuatnya enggak pakai cetakan, sehingga menantuku
heran melihat bentuknya. Sangkin penasaran, berbuka puasa dia merasakan kue
bawang dan Alhamdulillah syoorrr dia menyantapnya.
Ponakanku
Fifah juga suka makan kue bawang jadul dan Dedek ponakan suamiku minta
dibawakan pulang, untung ada persediaan. Pada hari kedua lebaran, toples kue
bawang jadul tinggal separuh dan hari
ketiga lebaran tuntas, Kiki anakku minta agar aku membuat lagi kue bawang
jadul. Hahaha.... Alhamdulillah ternyata anak milenial juga suka kue jadul ya.
 |
Sagon bakar dan kue bawang jadul |
Kastengel dan Kue coklat
chip
Sebagai
pelengkap meja tamu, aku juga membuat kastengel dan kue coklat chip. Berhubung
pandemi covid-19, tamunya cuman keluarga inti yang bolak-balik makan kue lebaran.
 |
Kastengel |
 |
Kue coklat chip |
Kolang kaling
Kolang
kaling merupakan menu tetap yang kubuat setiap lebaran. Dua minggu sebelum
lebaran Lita yang sudah seperti adikku, pesan minta dibuatkan kolang kaling.
Berhubung masa pandemi covid-19, belum ada jualan kolang kaling mentah di Pasar
Setia Budi Tanjung Rejo, padahal biasanya sudah ramai yang jualan.
Alhamdulillah
akhirnya dapat juga kolang kaling mentah di Pasar Pringgan Medan Baru. Aku
membuat kolang kaling tiga warna: putih rasa lychee, hijau rasa melon dan pink rasa sirup Kurnia.
 |
Rasa lychee
|
 |
Rasa melon |
 |
Rasa sirup Kurnia |
Begitulah
hikmah ‘stay at home’ bagiku,
mengulang kembali membuat kue lebaran yang hampir 14 tahun kutinggalkan. Alhasil terpikir untuk mulai bisnis
kecil-kecilan kue kering jadul, jika ada yang berminat memesan kapan saja,
meskipun bukan saat lebaran.
Pelajaran
yang kupetik adalah tidak ada kata tua dan berhenti berbuat sesuatu yang
bermanfaat dalam hidup ini. Rasulullah SAW, bersabda: “Sebaik-baik manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Ahmad, ath-Thabrani,
ad-Daruqutni).